TEMPO.CO, Kabul - Badan mata-mata Pakistan dan Afganistan sepakat untuk berbagi data intelijen dan meningkatkan kerja sama dalam perjuangan mereka melawan Taliban. Ini adalah sinyal terbaru atas mencairnya hubungan kedua negara yang selama ini dingin.
Namun kesepakatan yang diumumkan pada Senin, 18 Mei 2015, itu memicu kehebohan di parlemen Afganistan dan kritik di media sosial. Parlemen menuduh Presiden Pakistan Ashraf Ghani menjual diri kepada musuh lama negara ini: Pakistan.
“Pakistan Inter-Services Intelligence (ISI) dan Direktorat Nasional Keamanan Afganistan (NDS) menandatangani nota kesepahaman (MoU),” kata juru bicara militer Pakistan, Mayor Jenderal Asim Bajwa, di Twitter. “Perjanjian tersebut "termasuk berbagi operasi intelijen yang saling melengkapi dan terkoordinasi di setiap sisi.”
Pakistan memiliki pemerintahan sipil, tapi militer dan ISI masih memegang pengaruh besar terutama atas kebijakan terhadap Afganistan.
Para pejabat Afganistan sering menuduh Pakistan menyembunyikan dan memelihara gerilyawan Taliban, yang mengobarkan perang selama 13 tahun terhadap pasukan lokal dan asing di negara itu. Namun Ghani telah aktif membujuk Pakistan sejak ia mulai menjadi presiden, yang diperkirakan sebagai strategi untuk menekan para pemberontak itu ke meja perundingan.
"Kita tidak bisa menandatangani MoU ... dengan orang-orang yang membunuh orang-orang kita. Pemerintah seharusnya tidak sembrono," ujar anggota parlemen Afganistan, Shukria Barakzai, setelah pengumuman kerja sama itu. "Alih-alih memperkuat infrastruktur keamanan, pemerintah menandatangani MoU dengan musuh Afganistan."
Namun pemerintah Afganistan mengecilkan arti dari kesepakatan tersebut. "MoU baru itu berisi tentang pertukaran informasi taktis pada ancaman atas kedua agen mata-mata. Laporan yang menyatakan bahwa ISI akan melatih atau melengkapi NDS itu palsu," kata Hasseeb Sediqqi, juru bicara NDS. Sediqqi mengatakan MoU serupa telah ditandatangani pada tahun 2006 dan 2009, tapi "tidak mencapai hasil yang diinginkan".
Kerja sama Afganistan dengan Pakistan dalam memerangi Taliban dipandang sebagai pergeseran kebijakan besar dari pemerintah Hamid Karzai sebelumnya, yang menuduh Islamabad mendestabilisasi Kabul.
Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif sebelumnya menjanjikan dukungan kepada Afganistan dalam memerangi Taliban selama kunjungannya ke Kabul pekan lalu. Kunjungan itu menandakan hubungan dua negara mulai membaik.
CHANNEL NEWS ASIA | ABDUL MANAN