TEMPO.CO, Newcastle - Bocah 5 tahun ini menyaksikan penderitaan anak-anak korban gempa dahsyat di Nepal pada Sabtu siang, 25 April 2015, melalui televisi. Di sekolah, Charlie McMillan, begitu nama bocah itu, juga mendapat pelajaran dari gurunya tentang gempa.
Charlie tidak sekadar mendengarkan gurunya bercerita tentang gempa dan menonton tragedi Nepal lewat televisi. Satu malam, Charlie masuk ke kamar ibunya, Laura, 26 tahun. "Saya sudah membuat keputusan saya akan mengumpulkan uang untuk anak-anak yang terkena gempa. Kita akan pergi ke toko amal dan meminta mereka menjual lukisan-lukisan saya," kata Laura mengutip ucapan anaknya itu.
Mendengar antusiasme anaknya, Laura menyatakan akan membantu Charlie dengan membuat halaman pengumpulan dana pada akun media sosialnya.
Pagi harinya, Laura—yang bekerja sebagai resepsionis—melihat anaknya sudah menyediakan semua perlengkapan melukis, seperti krayon, gunting, kertas, dan lem. Sepulang sekolah, bocah itu pun sibuk melukis benda-benda yang menarik dan lucu. "Saya begitu bangga padanya. Saya tidak menyangka," ujar Laura
Laura membuat halaman Doodles Charlie di www.justgiving.com/Laura-McMillan6. Semua karya seni Charlie ditujukan untuk mendukung kegiatan amal Save the Children guna membantu keluarga yang terperangkap dalam reruntuhan bangunan akibat gempa dahsyat di Nepal. Target Charlie dan Laura saat itu meraih sekitar Rp 1 juta. Namun hasil penjualan lukisan-lukisan Charlie melebihi target, yakni mencapai Rp 12 juta.
Wakil Direktur Save the Children di Nepal, Peter Oyloe, pada Selasa, 5 Mei lalu, mengatakan jumlah korban tewas akibat gempa itu bisa melebihi 7.000 orang, menyusul gempa 7,8 skala Richter pada Sabtu, 25 April 2015. Di kabupaten terpencil, Gorkha dan Lamjung, yang dekat dengan pusat gempa, semua desa dikhawatirkan terkubur oleh batuan dalam bencana terbesar negara itu dalam 80 tahun terakhir.
MIRROR.CO.UK | MECHOS DE LAROCHA