TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai bantuan dari badan amal internasional mulai berdatangan setelah terjadi gempa yang melanda Nepal pada Sabtu, 25 April 2015. Walaupun belum memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang paling dibutuhkan setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Ricter menerjang, tapi jelas masih diperlukan bantuan dan harus secepatmya.
"Kami tahu kerusakan luas dan akses ke daerah pedesaan akan sangat…sangat sulit untuk semua orang," kata Ben Pickering, penasihat kemanusiaan Penyelamat Anak di Inggris. "Anak-anak akan terpengaruh dengan berbagai cara, luka fisik atau terpisah dari keluarga," kata Pickering.
Lembaga Doctors Without Borders mengatakan empat tim berangkat Minggu pagi, 26 April 2016 untuk Nepal dari negara Bihar di India, dekat perbatasan Nepal. Organisasi ini juga mengirim 3.000 peralatan, termasuk obat-obatan.
AmeriCares mengirim tim dari India dan sedang mempersiapkan pengiriman bantuan medis dan pasokan bantuan. '' Kami siap untuk membantu dengan cara apapun yang kami bisa, '' kata AmeriCares Presiden dan CEO Michael J Nyenhuis.
Handicap International, yang bertugas di Nepal dengan 47 pekerja sebelum gempa, tengah sibuk dengan operasi tanggap darurat.
"Salah satu proyek kami di sana, karena Nepal rawan gempa, adalah untuk membantu staf rumah sakit, terapis fisik dan lain-lain untuk mengantisipasi jenis cedera setelah gempa" kata juru bicara Mica Bevington. "Dan kami berbagi dengan sumber daya kami, seperti semua kursi roda untuk dua rumah sakit yang membutuhkan."
Kelompok bantuan Dokter Dunia (Medecins du monde) Prancis mengatakan telah memobilisasi pekerja di Nepal untuk membantu korban gempa. Mereka mengirimkan lebih banyak staf dan bantuan medis ke wilayah tersebut.
Mercy Corps, yang berbasis di Amerika Serikat, sedang memeriksa tim besar apakah sudah di tanah dan bagaimana kondisi di Nepal.
Negara di seluruh dunia juga telah menjanjikan bantuan. Sementara itu, Paus Fransiskus menawarkan doa bagi para korban dan mereka yang bekerja untuk menyelamatkan mereka.
"Mulialah jiwa korban serta mendapat belas kasihan dan cinta kasih dari Yang Mahakuasa,” katanya. Paus juga mendoakan otoritas sipil dan personil darurat agar mereka melanjutkan upaya penyelamatan dan bantuan kepada mereka yang terkena tragedi ini.
Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, juga membuat pernyataan.
Sebanyak 62 anggota pencarian dan tim penyelamat Cina, ditambah enam anjing, diharapkan tiba di Kathmandu, Minggu siang dengan pesawat carteran dari Cina.
Uni Eropa juga sedang mempertimbangkan anggaran ke Nepal, menurut sebuah pernyataan bersama dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa dan kepala pengembangan dan kepala kemanusiaan. Tidak ada rincian atau jumlah bantuan yang akan diberikan.
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan di Twitter bahwa Inggris akan melakukan semua yang kami bisa untuk membantu mereka terperangkap di dalamnya. Jerman, Norwegia, Italia, Prancis, Monaco, dan Mexico pun berjanji akan memberikan bantuan.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nepal mengumumkan memberikan bantuan awal US$ 1 juta dalam bantuan awl dan Badan Pembangunan Internasional AS diperbantukan dalam pencarian dan penyelamatan. Departemen Luar Negeri AS membuat alamat email dan nomor telepon untuk siapa saja yang mengetahui tentang warga AS yang membutuhkan bantuan di Nepal.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah Nepal untuk memberikan bantuan dan dukungan," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry. "Untuk orang-orang di Nepal dan daerah yang terkena dampak tragedi ini kami mengirimkan simpati yang tulus. Amerika Serikat berdiri dengan Anda selama masa sulit ini," ujar Kerry.
Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang mengguncang Nepal pada Sabtu, 25 April 2015 waktu setempat mengakibatkan lebih dari 1.800 orang meninggal dunia. Korban jiwa sebagian besar ada di kota-kota besar, termasuk Ibu Kota Nepal, Kathmandu, yang hancur lebur akibat gempa terbesar di Nepal sejak 1934.
Adapun, ratusan pendaki dunia juga ikut terjebak longsoran salju Gunung Everest akibat gempa Nepal. Sedikitnya, 18 pendaki meninggal dunia karena luka parah. Hingga kini, masih banyak pendaki yang terjebak di base camp karena area jalan keluar mereka tertutup salju.
TIMES OF INDIA | YON DEMA