TEMPO.CO, Bagdad - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menampilkan para wanita yang bergabung dengan kelompok ini untuk menepis laporan yang menyebut adanya penindasan kaum perempuan oleh kelompok ini. Dalam satu gambar yang diunggah secara online, seperti yang ditunjukkan oleh harian Independent, sekelompok perempuan berpose dengan senapan Kalashnikov di depan mobil mewah BMW dengan bendera ISIS di atasnya. Wajah semua perempuan itu tertutup burkak.
Unggahan lain menunjukkan serangkaian gambar wanita dengan penutup muka berpose dengan seorang pria. Keterangan dalam foto itu tertulis, "Cinta sejati tidak berakhir saat kematian, jika Allah menghendakinya, akan berlanjut ke surga."
Dan lainnya menunjukkan seorang wanita tampak santai mendorong kereta bayinya, selain foto-foto makanan lezat, seperti es krim berwarna-warni dan kue cokelat. Seolah-olah ISIS ingin menyodorkan fakta bahwa kehidupan kaum wanita sangat “normal” dengan bergabung bersama mereka.
Sejumlah gambar lain yang diunggah menunjukkan sekelompok gadis-gadis muda--kali ini tanpa penutup muka--yang juga memegang senjata berpose di depan spanduk hitam-putih khas ISIS. Foto lain menunjukkan militan tengah bersantai di tepi laut dan melompat ke kolam renang. Mereka juga mengunggah foto anak-anak bermain di jalan.
Menurut Charlie Winter, peneliti di Quilliam, foto-foto yang diunggah itu merupakan upaya “menormalkan” ISIS. Caranya, kata dia, dengan memajang kegiatan sehari-hari mereka yang tampak seperti kehidupan orang biasa. Termasuk memajang foto “normal” kaum wanita, hal baru bagi ISIS.
Winter menuturkan merekrut perempuan adalah salah satu program ISIS. Pada Februari lalu, sayap media Brigade Al-Khansaa mengunggah sebuah manifesto 10 ribu kata yang menganjurkan kaum wanita tetap tinggal di rumah sebagai istri dan ibu. Dokumen yang diterjemahkan oleh Quilliam juga mengkritik konsep kesetaraan gender.
"Mereka mencoba menjelaskan bahwa ISIS bukan hanya pertempuran kelompok jihad. Mereka sedang menyiapkan sebuah negara. Mereka tidak lagi sebuah kelompok, tapi sebuah mesin politik," ujarnya kepada Independent.
INDEPENDENT | INDAH P.