TEMPO.CO, Jakarta - Warga Mesir yang mengikuti unjuk rasa sekaligus peringatan empat tahun keruntuhan rezim Hosni Mubarak di beberapa kota, Ahad, 25 Januari 2015, terlibat bentrok dengan polisi. Sedikitnya 15 orang terbunuh dalam peristiwa tersebut.
Demonstrasi terjadi di kota-kota besar Mesir seperti Kairo dan Alexadria. Beberapa saksi melihat petugas keamanan dan polisi tak berseragam menembaki para demonstran. Ini adalah tragedi paling parah sejak Abdel Fattah al-Sisi terpilih sebagai presiden Mesir Juni lalu.
Bentrokan terjadi ketika polisi berusaha mengusir warga kota yang berusaha mendekati Lapangan Tahrir. Tempat itu adalah simbol revolusi 2011 saat Mubarak disingkirkan. Polisi bersenjata yang didukung tentara dengan kendaraan lapis baja mengejar para demonstran di pusat kota Kairo. Mereka juga melepaskan tembakan dan gas air mata ke arah demonstran.
Selain peringatan revolusi 2011, unjuk rasa itu merupakan bentuk protes warga Mesir terhadap pemerintahan Sisi yang didukung oleh militer.
Sisi adalah jenderal militer yang berperan besar menggulingkan presiden Mohamed Mursi yang didukung kaum islamis pada Juli 2013. Setelah berkuasa, Sisi malah kerap menekan para penentangnya. Banyak orang yang menuding Sisi kembali menerapkan kekuasaan otoriter.
Korban terbanyak berjatuhan di Matariya, area di pinggiran Kairo yang menjadi salah satu basis Ikhawanul Muslimin. para pengunjuk rasa di sana meneriakkan yel-yel berisi protes terhadap militer dan tuntutan untuk melangsungkan revolusi baru. Para demonstran melemparkan bom molotov ke arah polisi yang dibalas dengan tembakan.
REUTERS | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Terpopuler:
Video Jasad Warga Jepang Sandera ISIS Beredar
Nikahi Milisi ISIS, Remaja AS Ini Dibui 4 Tahun
Ditilang, Wanita Muslim Ini Dipaksa Buka Jilbab
Kim Jong-un ke Jakarta, Hadiri Milad KAA?