TEMPO.CO, Jakarta - Kematian relawan Amerika Serikat, Peter Kassig, di tangan algojo pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam sebuah video membuat geram Inggris dan Amerika. Video Kassig meninggalkan sejumlah pertanyaan tentang bagaimana nasib para sandera lain yang masih disekap ISIS. (Baca: Kassig Dipenggal ISIS, Tayangan Video Janggal)
Saat ini masih ada dua warga negara Barat yang belum diketahui nasibnya, yaitu jurnalis Inggris, John Cantlie, dan seorang relawan AS wanita yang identitasnya dirahasiakan negara. Sebelumnya, para pejabat negara "terbantu" oleh video empat sandera ISIS yang menjelaskan siapa target selanjutnya dan apa ancaman mereka. Namun, dalam video Kassig, ISIS tidak melakukan dua hal itu.
Colin P. Clarke, seorang ilmuwan politik dari riset Rand Corp yang telah mempelajari pemberontakan selama satu dekade, menuturkan tindakan itu mengindikasikan bahwa ISIS ingin bermain-main. "Sandera mereka sepertinya tinggal sedikit. Mereka sangat cerdas serta menyusun strategi dengan sangat rapi dan terencana," kata Clarke, seperti dilaporkan NBC News, Senin, 17 November 2014.
Seorang analis terorisme dari perusahaan keamanan Flashpoint Global Partner, Evan Kohlmann, juga berpendapat sama dengan Clarke. Tidak disebutkannya siapa target selanjutnya adalah tanda ISIS kekurangan tawanan. "Video itu juga menunjukkan bahwa mungkin ISIS tidak lagi memiliki tempat yang aman untuk melakukan eksekusi," ujar Clarke.
Cantlie muncul pada akhir Oktober lalu sebagai "reporter" ISIS yang meminta agar pasukan Kobane mundur dari Suriah. Sementara itu, ISIS dikabarkan meminta uang tebusan Rp 80,8 miliar untuk pembebasan tawanan wanita pertama kepada pemerintah Amerika Serikat. (Baca: Pejabat AS: Ini Wanita Pertama yang Disekap ISIS)
RINDU P. HESTYA | NBC NEWS
Berita Lain:
Jokowi Jadi Koki, Benarkah Australia Menghina?
Algojo ISIS, Jihadi John, Dikabarkan Terluka Parah
Pejabat AS: Ini Wanita Pertama yang Disekap ISIS