TEMPO.CO, Abu Dhabi - Sosok Mariam al-Mansouri menjadi perbincangan hangat di media ketika ia berhasil memimpin serangan udara gabungan Amerika Serikat dan negara-negara Arab melawan milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada Senin malam lalu. (Baca: Ini Sosok Cantik di Balik Serangan Melawan ISIS)
Menjalani profesi yang umumnya dilakoni oleh kaum pria bukanlah hal yang mudah baginya. Mariam masih remaja ketika ia menetapkan hati untuk menjadi pilot angkatan bersenjata. Namun sayang, saat itu Uni Emirat Arab (UEA) tidak memperbolehkan wanita bergabung dalam satuan militer.
Beberapa tahun ia habiskan dengan menunggu dan bekerja pada Komando Umum sebelum akhirnya Akademi Angkatan Bersenjata UEA membuka pintu untuk tentara wanita. Itulah kesempatan emas baginya. Akhirnya, ia menjadi wanita pertama yang bergabung dengan Angkatan Bersenjata UEA.
Bersaing dengan rekan-rekan pria bukanlah hal yang mengerikan baginya. Ia justru mampu membuktikan bahwa dia bahkan lebih hebat daripada rekan-rekan prianya. Buktinya, dia mendapat penghargaan Mohammed bin Rashid Excellence Award pada bulan lalu. Juga Pride of the Emirates Medal.
I
Kepada majalah Deraa Al Wartan yang kemudian dikutip The National UEA, Mariam menuturkan dia justru bersaing dengan dirinya sendiri. Berfokus pada persaingan dengan diri sendiri meningkatkan keterampilannya. “Bersaing dengan diri sendiri, fokus untuk belajar terus,” kata wanita 35 tahun ini.
Mariam bergabung dengan pasukan AS, Arab Saudi, Yordania, Qatar, dan Bahrain dalam serangan udara terhadap ISIS mulai pekan ini dan langsung memberikan kontribusi yang sangat besar. Sejumlah basis ISIS berhasil dia lumpuhkan. (Baca: Serangan Udara AS Hancurkan 12 Kilang Minyak ISIS)
ANINGTIAS JATMIKA | THE NATIONAL
Berita Lainnya
Gara-gara Sashimi, Pria Ini Digerogoti Cacing Pita
Dilarang Berjilbab, Atlet Basket Qatar Mundur di AG
1,2 Juta Warga Sierra Leone Dikarantina