TEMPO.CO, New York - Kunjungan ke Akademi Militer Amerika Serikat, West Point, pada Senin, 22 September 2014, sekitar pukul 12.30 waktu setempat atau Selasa dinihari waktu Jakarta, menjadi satu kesempatan yang sangat berkesan bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Berpidato di hadapan ribuan kadet membuat SBY kembali mengenang bagaimana ia dulu juga pernah menjadi satu di antara mereka. “Empat puluh tahun yang lalu, saya bergabung dengan akademi militer di Indonesia,” kata SBY mengawali kuliah umumnya di Auditorium Robinson, Thayer Hall. (Baca: Sidang MU PBB ke-69 Dibuka)
“Sama seperti Anda, saya juga memiliki mimpi dan tujuan untuk menjadi patriot dan pejuang, seorang perwira profesional yang sukses, dan seorang pemimpin militer besar yang membantu pembentukan militer Indonesia yang modern dan berhasil mencapai misi apa pun,” cerita SBY, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Tempo. (Baca: Di New York, SBY Sebut REDD+ Sukses)
Setelah menyinggung karier militernya yang panjang, barulah SBY memulai kuliah umumnya yang bertajuk “Peran Militer dalam Mengubah Dunia” dengan menyoroti tiga hal pokok, yakni bahwa langkah-langkah militer saja biasanya tidak mengatasi situasi, mengakhiri perang lebih sulit daripada memulainya, dan selalu ada ruang untuk saling membangun kepercayaan di tengah ketegangan geopoitik global. (Baca: Kata SBY Soal ISIS di Sidang PBB)
Dalam pertemuan itu, SBY juga menyampaikan salam dari para taruna Indonesia. “Salam untuk semua rekan taruna dan instruktur di West Point. Kami (taruna Indonesia) sangat ingin membangun persahabtan dengan taruna dari negara lain, termasuk dari pusat keunggulan militer ini,” kata SBY dalam pidato terakhirnya di forum internasional sebagai Presiden Indonesia itu.
ANINGTIAS JATMIKA
Terpopuler
Tren Pengaturan Internet di Asia Mengkhawatirkan
Sidang MU PBB ke-69 Dibuka
Tim Palang Merah Diserang Keluarga Pasien Ebola