TEMPO.CO, London - Pasukan khusus Inggris kini sedang memburu pembunuh wartawan perang James Foley dengan menggunakan peralatan canggih untuk melacaknya. Mark Nicol, dalam The Mail edisi Ahad, 23 Agustus 2014, menulis rincian bagaimana pasukan elite Inggris, SAS (Special Air Service), dan Special Reconnaissance Regiment (SRR) akan melakukan operasi perburuannya dengan menggunakan teknologi canggih di dalam wilayah Suriah dan Irak, yang bisa mengarah pada penangkapan pembunuh Foley dalam beberapa hari mendatang.
Rincian ihwal operasi pasukan khusus ini muncul setelah keluar laporan yang menunjukkan bahwa badan intelijen Inggris telah mengidentifikasi identitas sebenarnya teroris yang memenggal Foley--seperti terlihat dalam sebuah video yang mengejutkan dunia. Algojo itu dikenal sebagai John Sang Mujahid.
The Mail mengetahui bahwa dalam 48 jam terakhir sebuah "kekuatan yang signifikan" tentara SAS dan perwira sinyal dari skuadron Inggris telah dikerahkan ke Irak utara. Mereka bergabung dengan unit pasukan Irak dan Kurdi yang ditugaskan untuk menumpas Islamic State (IS), yang sebelumnya bernama Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS).
Pasukan elite ini dipisahkan menjadi empat tim yang masing-masing terdiri atas empat orang dan akan menyertai pasukan lokal dalam upaya menangkap para anggota milisi dari Inggris, mengidentifikasi siapa saja mereka, dan memetakan hubungan mereka dengan jaringan John Sang Mujahid.
Tersangka utama dalam kasus pemenggalan Foley ini adalah Abdel-Majed Abdel Bary, pria 23 tahun yang sampai tahun lalu masih tinggal bersama keluarganya di daerah London yang makmur, Maida Vale. Menurut sumber yang berbicara secara anonim kepada The Sunday Times, Bary muncul di media sosial sedang menggenggam kepala yang terpenggal itu.
Skenarionya, setelah anggota milisi dari Inggris itu nantinya bisa ditahan, sampel darah dan DNA miliknya akan diambil untuk dicocokkan dengan catatan medisnya. Untuk tujuan identifikasi, foto irisnya juga akan diambil.
Salah satu sumber SAS mengatakan, "Hal ini dimungkinkan untuk mengidentifikasi pejihad asal Inggris di medan perang, dengan mencegat pesan radio mereka. Ketika mereka ditangkap oleh Irak atau Kurdi, kami akan ambil bagian untuk menginterogasinya."
"Mengumpulkan informasi seperti kelompok mereka, darah dan DNA, serta rekaman suara, baik bahasa Arab maupun Inggris, akan membantu kita membidik John Sang Mujahid karena dapat dibandingkan dengan data yang ada."
Dari medan pertempuran, semua informasi itu akan dikirim melalui satelit portabel yang diawaki oleh prajurit dari unit 264 Skuadron Sinyal SAS, yang akan memancarkan informasinya ke sebuah pesawat mata-mata, Rivet Joint, yang berputar-putar di atasnya.
Di dalam Rivet Joint, tim yang terdiri atas 17 pria akan memproses informasi itu dan mengirimkannya kembali ke Government Communications Headquarters (GCHQ), badan intelijen sinyal Inggris yang bermarkas di Cheltenham. Di sinilah nantinya data itu akan dianalisis dan dicocokkan dengan catatan dari anggota milisi asal Inggris yang diyakini bertempur di Suriah dan Irak, sebelum informasi umpan balik dikirim ke tim SAS. Pusat data di GCHQ diyakini memilki rekaman ribuan suara yang diambil dari penyadapan telepon dan radio.
Sementara itu, di perbatasan Turki-Suriah, tentara SRR menerbangkan drone ke benteng IS dan memberikan rincian langsung saat itu juga tentang gerakan mereka. Studi rinci terhadap markas mereka dilakukan untuk mencegah terulangnya misi bulan lalu saat pasukan khusus AS gagal menemukan sandera. Pasukan khusus Amerika, Delta Force, menyerang basis IS di Uqayrishah di Suriah utara, tapi dipaksa mundur setelah terlibat kontak senjata dengan para teroris itu.
Drone SRR dapat terbang sampai 24 jam dan naik hingga lebih dari 18,000 kaki. Dari ketinggian ini, mereka dapat mengamati ratusan mil wilayah yang diduduki oleh pejuang IS, termasuk Kota Raqqa. Kabarnya, sandera warga asing diyakini ditahan di sini. Informasi intelijen yang dikumpulkan SRR ini nantinya digunakan dalam perencanaan ke depan dari setiap serangan pasukan SRR ke Suriah.
Sumber lainnya menambahkan, "SRR menggunakan drone strategis yang memberikan gambaran situasi lapangan dan drone taktis yang dapat melihat di atas dinding bangunan dan memberikan gambar yang tajam dari wajah tersangka."
Sumber yang sama menambahkan, medan perang di wilayah Suriah dan Irak sudah sangat dikenal pasukan khusus Inggris karena mereka pernah berdinas di sana selama Perang Teluk. Pada 2008, pasukan SAS juga ikut menghancurkan kepemimpinan Al-Qaeda di Irak. "Kami yakin kami dapat melakukan hal yang sama untuk IS," ujar sumber itu.
Juru bicara Departemen Pertahanan Inggris menolak memberikan konfirmasi atas rencana ini. "Kami tidak mengomentari operasi pasukan khusus," kata sang juru bicara.
DAILY MAIL | ABDUL MANAN
Berita Lainnya
ISIS Rebut Pangkalan Militer Suriah
Dikecam, Sultan Brunei Batal Beli Hotel di AS
Ikuti ISIS, Boko Haram Dirikan Kekhalifahan
Kru MH40 Dituduh Lecehkan Wanita Australia
Militer Nigeria Takut Hadapi Boko Haram