TEMPO.CO, Moskow - Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev mengingatkan pimpinan baru Ukraina bahwa konflik kedua negara bertetangga itu akan berujung pada pecahnya revolusi baru.
"Perintah seperti itu akan membuat ketidaknyamanan yang luar biasa. Itu akan berujung dengan pecahnya revolusi baru, dengan pertumpahan darah yang baru," kata Medvedev di akun Facebook resmi miliknya, seperti diberitakan CNN, Ahad, 3 Maret 2014.
Peringatan Medvedev ini terkait dengan pernyataan pimpinan baru Ukraina yang menuding Rusia mendeklarasikan perang. Dan Ukraina memobilisasi pasukannya, termasuk pasukan cadangan untuk bersiaga menghadapi krisis yang dikhawatirkan berubah menjadi konflik terbuka.
Sejumlah petinggi top militer Rusia telah memimpin mobilisasi tentaranya ke Semenanjung Crimea, Ahad, 2 Maret 2014, untuk menuntut pasukan Ukraina menyerahkan diri berikut senjata mereka.
Para pemimpin dunia mendesak penyelesaian konflik kedua negara lewat jalur diplomatis. Namun konflik semakin memanas.
Di Kiev, ibu kota Ukraina, seorang pendemo menegaskan Crimea adalah bagian dari Ukraina. "Bukan hak Rusia mengambilnya atau mengirim pasukannya ke sini," kata Sergii Biolev, 36 tahun, kepada BBC dalam aksi demo pekan lalu.
Meski begitu, ia belum memastikan akan ikut berperang menentang Rusia. Ia merasa tidak ada artinya tewas dalam perang. Menurut dia, apa yang terjadi saat ini di Ukraina adalah perang politik. "Ini bukan mengenai rakyat."
CNN | BBC | MARIA RITA HASUGIAN
Berita Terkait:
NATO Perintahkan Rusia Tarik Pasukan dari Ukraina
Menteri Ukraina: Tangkap Eks Presiden Yanukovych!
Yanukovych Dikabarkan Sembunyi di Moskow