TEMPO.CO, Kabul – Afganistan menggelar debat presiden secara terbuka untuk pertama kalinya, Selasa, 4 Februari 2014. Sebanyak lima kandidat melakukan debat yang ditayangkan saluran televisi Tolo News. Isu keberadaan tentara Amerika Serikat setelah penarikan pasukan NATO menjadi isu utama.
Para capres yang akan menggantikan Presiden Hamid Karzai menggunakan kesempatan debat kampanye itu untuk menyampaikan dukungan terhadap pakta keamanan dengan Amerika, sedangkan calon unggulan Abdullah Abdullah menyebut pemilihan sebagai “kesempatan untuk perubahan.”
Abdullah, peringkat kedua setelah Karzai dalam Pemilu 2009 lalu, menyatakan harapannya bahwa pemilihan yang akan digelar April mendatang akan membawa “keamanan dan kesejahteraan bagi rakyat Afganistan.”
Tidak ada kejutan dalam debat presiden. Namun, Abdullah dan empat kandidat lainnya sepakat bahwa situasi keamanan di negeri itu perlu ditingkatkan di saat tentara NATO pimpinan Amerika akan berkurang jumlahnya.
Selama debat yang berlangsung selama dua jam, lima kandidat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari jurnalis Afganistan. Format acara hampir tidak menyisakan kesempatan bagi kandidat untuk saling mendebat.
Di antara para capres terdapat mantan Menteri Keuangan Ashraf Ghani, loyalis Karzai Zalmai Rassoul dan kakak presiden, Qayum Karzai. Seluruh kandidat mendukung kesepakatan keamanan bilateral (BSA) yang mengizinkan 10 ribu tentara Amerika Serikat ditempatkan di Afganistan setelah NATO mundur Desember mendatang.
Presiden Karzai menolak kesepakatan itu dan menyerahkan keputusan kepada penggantinya.
AL JAZEERA | NATALIA SANTI
Berita lain:
Ahok Curiga Ada Korupsi Miliaran di Sampah
Ini Bocoran Spesifikasi Samsung Galaxy S5
Pakai Kapal 'Mewah', Australia Kirim Imigran ke RI
Ketika Bimbim Slank Temui Ahok Idolanya
Kakek 91 Tahun Jadi Wisudawan di Unpad