TEMPO.CO, Pyongyang - Konflik politik di Korea Utara antara sang pemimpin muda, Kim Jong-un, dan pamannya yang kini telah dieksekusi, Jang Song-thaek, diduga dipicu oleh perebutan bisnis ekspor seafood.
Seperti dilansir The New York Times Rabu waktu setempat, konflik kedua tokoh penting Korea Utara itu diawali oleh permintaan Kim agar Jang mengembalikan kontrol ekspor seafood kepada militer. Sejak Kim berkuasa dua tahun lalu, ekspor hasil laut seperti kepiting, kerang dan lainnya diserahkan kepada Jang dan badan usaha negara yang ditunjuk. Padahal, selama bertahun-tahun, industri ini dikuasai oleh militer.
Ekspor ini tentu saja memberikan keuntungan besar bagi Jang dan perusahaan negara. Apalagi ekspor Korea Utara terutama ditujukan ke Cina, negara dimana Jang memiliki banyak kolega.
Namun demikian, perseteruan keduanya menghebat sekitar September atau Oktober lalu. Menurut intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat, Kim yang melihat para tentara kurang makan meminta Jang mengembalikan industri itu, terutama peternakan seafood agar di bawah kendali militer. Jang menolak mentah-mentah permintaan itu.
Kim dilaporkan mengirim 100 personel militer ke peternakan, tapi berujung bentrok dengan loyalis Jang. Pasukan berhasil dikalahkan Jang. Pembangkangan Jang memicu kemarahan Kim dan berujung pada penjungkalan serta eksekusi pria berusia 67 tahun itu. Jang yang menikah dengan bibi Kim, Kim Kyong-hui, tewas di depan regu tembak pada 12 Desember lalu dengan tuduhan kudeta dan korupsi.
Sekitar 88 persen ekspor Korea Utara dijual ke Cina berdasar data tahun lalu. Nilai ekspor itu mencapai US$ 2,4 miliar.
L THE NEW YORK TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI
Baca juga:
Inggris Ampuni Pemecah Sandi Enigma, Alan Turing
Roket Taliban Hantam Kedubes AS di Kabul
Polisi Tahan Mantan Perdana Menteri Mesir
Menteri Turki Desak PM Mundur