TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia, Wiryono Sastrohandoyo, melihat ramainya isu penyadapan yang dilakukan negara tetangga tersebut menguntungkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelang Pemilu 2014.
"Karena tahun depan pemilihan umum, semua orang main politik. Kita tidak hanya address the issue, tapi juga address the gallery," kata diplomat senior tersebut kemarin kepada Tempo. "SBY menikmati nasionalisme yang kuat sehingga menguntungkan dia, tapi dia tidak merencanakan ini. Ini terjadi begitu saja."
Wiryono sendiri tidak pernah ditarik semasa menjadi duta besar pada 1996-1999. Hubungan kedua negara memanas lantaran dukungan Australia dalam jajak pendapat Timor Leste. Menurut dia, setelah masa pemerintahan Presiden Soeharto, hal tersebut dianggap tidak apa-apa.
"Tapi sekarang kan zaman demokrasi. Kalau pemerintah tidak keras nanti Anda bisa bilang bodoh," katanya sambil tertawa. "Karena sekarang menjadi masalah publik kalau Presiden diam saja."
Dia sendiri tidak tahu kapan ketegangan hubungan kedua negara akan berakhir. Namun, dia mengingatkan akan dukungan Australia di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1947-1948, ketika Indonesia masih berjuang melepaskan diri dari penjajahan Belanda.
Selain itu, menurut Wiryono, secara geografis Indonesia dan Australia akan selalu bertetangga.
"Meskipun ada tsunami atau pergeseran bumi luar biasa, Australia akan tetap bertetangga dengan Indonesia. Oleh karena itu, penting dijaga hubungan baik dan rasa saling percaya," katanya.
NATALIA SANTI