TEMPO.CO, Jakarta - Memanasnya hubungan Australia dan Indonesia dalam kaitan dengan kasus penyadapan yang dilakukan terhadap sejumlah petinggi pemerintahan Indonesia membuat para peretas dari kedua negara saling melakukan hacking atau peretasan situs Internet.
Menanggapi hal ini, ahli digital forensik Ruby Alamsyah merasa khawatir. Aksi saling serang di dunia maya ini bisa menimbulkan dampak yang semakin buruk bagi kedua belah pihak, dan menjadi bumerang bagi Indonesia sendiri. “Alih-alih menunjukkan sikap nasionalisme, tindakan ini justru lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya,” katanya, saat dihubungi Tempo, Kamis, 21 November 2013.
Pria berusia 39 tahun ini menuturkan, “Server Indonesia belum siap menghadapi serangan balasan dari hacker Australia.” Situs-situs Indonesia memiliki keamanan yang lebih mudah disusupi oleh para peretas.
Perang siber antara Indonesia dan Australia dikabarkan kembali memanas. Sejumlah situs pemerintah Australia rontok, diduga karena serangan peretas Indonesia. Hingga Kamis, 21 November 2013, situs Polisi Federal Australia (http://www.afp.gov.au/) lumpuh oleh peretas yang tergabung dalam Indonesia Security Down Team.
Namun, peretas Australia pun tak tinggal diam. Mereka telah melumpuhkan situs Polri. Anonymous Australia juga menyerang sejumlah situs penting seperti situs Garuda Indonesia.
ANINGTIAS JATMIKA
Topik Terhangat
Penyadapan Australia | Gunung Meletus | Topan Haiyan | SBY Vs Jokowi | Dinasti Atut
Berita terkait:
SBY Anggap Australia Tak Pantas Menyadap
Ekonom Menilai Australia Akan Dirugikan
Tiga Langkah SBY Sikapi Penyadapan Australia
Ahok: Tak Perlu Disadap, Saya Sudah 'Ember'