TEMPO.CO, Teheran - Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Javad Zarif akan bertemu dengan enam negara besar dunia di sela-sela Sidang Umum PBB untuk membahas program nuklir Iran pekan ini. Pertemuan ini sangat bersejarah sebab untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir, para pejabat tertinggi Iran dan pejabat tertinggi Amerika Serikat bertemu dalam meja perundingan.
Seperti dilansir BBC, Selasa, 24 September 2013, Zarif dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Kamis mendatang. Jika pertemuan kedua pihak berjalan lancar, kemungkinan besar Presiden AS Barack Obama akan bertemu langsung dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dalam Sidang Umum PBB untuk pertama kali.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengundang seluruh kepala negara untuk menghadiri jamuan makan siang, termasuk Rouhani dan Obama, hari ini. Ada kemungkinan kedua kepala negara ini bertemu dalam jamuan makan siang karena Obama berjanji akan menghadirinya.
Pada 2007, nyaris terjadi pertemuan antar Menteri Luar Negeri AS saat itu, Condoleezza Rice, dengan Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki. Keduanya disandingkan dalam meja yang sama pada sebuah acara makan malam kenegaraan di Mesir. Namun, Mottaki menolak hadir dalam jamuan makan malam tersebut.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat meminta semua pihak agar tidak gembira lebih dulu dengan pertemuan ini. “Tidak mungkin masalah yang sudah berjalan sangat lama dapat diselesaikan dalam pertemuan beberapa jam.”
Toh, kesediaan Iran untuk berunding dengan semangat baru memperoleh pujian dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Kepala Hubungan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton. Ia menyatakan terkejut atas energi dan keinginan besar Iran untuk menyelesaikan kebuntuan perundingan nuklir yang berlarut-larut sejak beberapa waktu terakhir.
“Kami berdiskusi dengan baik dan konstruktif,” kata Ashton setelah bertemu dengan Zarif di PBB, Senin waktu setempat.
Adapun Zarif menulis dalam akun Facebook-nya bahwa pertemuan dengan Ashton sangat positif. Dia berharap rencana pertemuan dengan negara-negara maju yang tergabung dalam P5+1 akan berhasil mengangkat sanksi internasional yang membelenggu rakyat Iran selama delapan tahun terakhir.
Rencananya tim Uni Eropa akan kembali bertemu dengan Zarif pada Oktober mendatang di Jenewa untuk membahas sejumlah masalah terkait program nuklir Iran. Presiden Rouhani menegaskan dalam wawancar dengan stasiun televisi Amerika Serikat NBC pekan lalu, ia memiliki otoritas penuh untuk berunding dengan negara Barat ihwal program pengayaan uranium Iran.
Iran hingga kini masih berada dalam sanksi Amerika Serikat dan negara-negara maju karena berkukuh menggelar program pengayaan uranium yang diterangai akan berujung pada pembuatan senjata nuklir. Teheran menegaskan bahwa program ini digunakan untuk kegiatan damai seperti pasokan listrik. Akan tetapi, Amerika Serikat dan sekutunya Israel curiga langkah ini hanyalah untuk membuat bom nuklir.
BBC | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI