TEMPO.CO, Teheran - Hassan Rouhani, presiden Iran yang baru, tak sepenuhnya 'bersih' terkait program nuklir Iran. Beberapa tahun sebelumnya, ia pernah menyatakan persetujuannya menyembunyikan program nuklir negaranya. Ia mengatakan bahwa ketika Pakistan membuat bom atom dan Brazil mulai memperkaya uranium, "dunia akan berpaling pada mereka."
Berita ini cukup mengejutkan, mengingat Rouhani secara luas dilihat sebagai seorang konservatif moderat atau pragmatis, dengan kemenangan yang mengejutkan menggantikan Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Terpilihnya Rouhani sempat disambut positif Barat.
Pernyataan Rouhani yang diangkat kembali ke permukaan disampaikannya dalam pidato tahun 2004 di depan Dewan Budaya Iran. Dalam pidato bertajuk "Beyond the Challenges Facing Iran and the IAEA Concerning the Nuclear Dossier" ia menyatakan tujuan nuklir Iran bukan untuk membuat bom.
Dalam pidato itu, yang dimuat secara utuh di Armscontrolwonk.com, Rouhani mengatakan Iran tidak ingin senjata nuklir. "Seperti untuk membangun bom atom, kita tidak pernah ingin bergerak ke arah itu," katanya.
Tapi dia berpendapat pentingnya semacam fait accompli untuk memaksa Barat menerima kemampuan pengayaan uranium Iran. Dia juga menyebut keberhasilan Pakistan membuat senjata nuklir dengan sambutan positif.
"Jika suatu hari kita mampu menyelesaikan siklus bahan bakar (nuklir) dan dunia melihat bahwa tidak ada pilihan bahwa kita memiliki teknologi itu, maka situasinya akan berbeda," kata Rouhani.
"Dunia tidak ingin Pakistan memiliki sebuah bom atom atau Brazil untuk memiliki siklus bahan bakar," katanya. "Tapi Pakistan membangun bom dan Brasil memiliki siklus bahan bakar, dan dunia mulai bekerja dengan mereka. Masalah kita adalah bahwa kita belum mencapai salah satu, tapi kaita sudah berdiri di ambang pintu."
Telah lama negara-negara Barat mencurigai Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang kerap dibantah Teheran. Dalam pernyataan pertama setelah keterpilihannya, Rouhani menyatakan dia ingin membangun Iran yang lebih bersahabat dengan negara lain. Termasuk di dalamnya, menegosiasikan program nuklir Iran.
Namun bagaimanapun, keputusan akhir pada program nuklir Iran akan tetap berada di tangan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Diplomat Barat yang pernah berinteraksi dengan Rouhani saat menjadi perunding nuklir Iran 2003-2005 kepada Reuters menyatakan dia berkomitmen untuk program nuklir Iran. Dia adalah sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran 1989-2005.
REUTERS | TRIP B
Terhangat: EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca Juga:
Mereka Tertolong dengan KJS ala Jokowi-Ahok
Eddies Adelia Kaget Ully Artha Telah Mualaf
Nazaruddin 'Paksa' Kurir Jadi Dirut
Radja Nainggolan: Saya Bukan Tentara Bayaran!