TEMPO.CO, Tel Aviv - Inilah risikonya kalau bermalas-malasan. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu harus membayar denda US$ 127 ribu atau setara dengan Rp 1,2 miliar karena oga-ogahan meninggalkan pesawat yang dia tumpangi.
Alasannya, ia ingin tidur-tiduran di dalam kamar pesawat setelah melakukan perjalanan melelahkan selama lima jam dari Israel menuju London, saat menghadiri pemakaman mendiang Margaret Thacher, April 2013 lalu.
Sebelumnya, pada awal tahun ini, Netanyahu terpaksa merogoh sakunya senilai US$ 2,700 atau sekitar Rp 2,6 juta demi memenuhi syahwatnya minum es krim. Oleh koran Israel ini dianggap gaya hidup tinggi.
"Ruang kamar tidur Yang Mulia (Netanyahu dan istrinya) ditanggung oleh publik Israel yang belum lama ini dihantam kenaikan pajak, setengah juta shekels (mata uang Israel). Apakah mereka tidak malu," tulis kolumnis Israel, Sima Kadmon, di Yedioth Ahronoth, koran dengan tiras terbesar di Israel.
Kadmon menambahkan, "Bahkan perjalanan lima jam di kelas utama nampaknya terlalu boros untuknya. Apakah Perdana Menteri pernah berpikir ketika dia menerima tagihan perjalanannya selama lima jam hanya untuk tidur?"
Maskapai penerbangan Israel, El Al, dibayar US$ 427 ribu (Rp 4,2 miliar) untuk biaya sewa pesawat. Angka sebesar itu sudah termasuk separuh biaya tidur di pesawat. Sedangkan bila naik pesawat lebih kecil, tanpa kamar, menurut media Israel, dia akan dikenakan biaya sewa US$ 300 ribu (Rp 2,9 miliar).
AL ARABIYA | CHOIRUL