TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat meragukan hasil temuan Tim Penyelidik Hak Asasi Manusia PBB mengenai penggunaan senjata kimia oleh para pemberontak di Suriah. Sebelumnya, pada Ahad, 5 Mei 2013, Tim PBB yang dipimpin oleh Carla del Ponte telah mengumpulkan kesaksian dari korban perang sipil Suriah dan staf medis yang mengatakan bahwa pasukan pemberontak telah menggunakan gas sarin untuk melawan militer pemerintah.
Hasil temuan del Conte ini muncul di tengah-tengah dugaan kuat sejumlah negara Barat yang menyebutkan pasukan pemerintah Bashar al-Assad telah menggunakan senjata kimia dalam konflik yang telah berlangsung selama dua tahun. Meskipun dugaan tersebut berkali-kali dibantah.
Amerika Serikat dalam sebuah kesempatan mengatakan, dinas intelijennya menunjukkan laporan bahwa Suriah telah menggunakan gas saraf sarin dalam konflik di sedikitnya dua lokasi, namun Presiden Barack Obama membutuhkan bukti yang lebih konkrit sebelum membuat keputusan mengenai bagaimana meresponnya, termasuk melakukan aksi militer.
Juru bicara Gedung Putih pada Senin, 6 Mei 2013, di depan para wartawan mengatakan, Amerika Serikat sangat meragukan sebuah pernyataan dari Tim PBB yang menyebutkan dengan tegas bahwa pemberontak Suriah menggunakan senjata kimia.
"Kami sangat meragukan pendapat yang menyebutkan kelompok oposisi telah menggunakan senjata kimia," kata Jay Carney, juru bicara Gedung Putih, Senin, 6 mei 2013.
"(Sebaliknya) kami menemukan bukti sepertinya ada penggunaan senjata kimia di beberapa tempat di Suriah oleh rezim Assad," tambah Carney.
Del Ponte yagn juga jaksa penuntut umum pada Pengadilan Kejahatan Internasional untuk bekas para pemimpin Yugoslavia, tidak memberikan keterangan detail kapan atau dimana gas sarin itu digunakan.
Lebih dari dua tahun, Komisi Dewan Hak Asasi Manusia PBB tidak bisa mendapatkan akses di Suriah karena Damaskus berkali-kali menolak permintaan Komisi untuk masuk ke wilayahnya.
AL JAZEERA | CHOIRUL