TEMPO.CO, PETALING JAYA - PEMANTAU –organisasi di bawah kendali Gerakan Bersih dan Malaysians for Free and Fair Elections (MAFREL), mendesak Komite Pemilihan Umum Malaysia untuk mau memberikan penjelasan dan pembuktian soal lunturnya tinta penanda untuk para pemilih. Menurut mereka, permohonan untuk audiensi soal lunturnya tinta pernah diajukan namun ditolak.
“Kami mendesak agar Election Committee mau jelaskan dan buktikan kalau tinta yang digunakan nanti pada 5 Mei mendatang punya kualitas bagus,” kata Dato’ Ambiga Sreenevasan dalam jumpa pers di kantornya, Rabu, 8 April 2013.
Baca Juga:
Dalam temuan PEMANTAU, tinta yang digunakan dalam pengundian awal pada Selasa lalu luntur tak berapa lama setelah terbubuh di tangan para pemilih awal yang isinya. Penyebabnya, kata Ambiga, sebenarnya sungguh sepele. “Panitia pemilihan tak mau menuruti aturan pakai tinta yang disediakan, seharusnya tinta penanda itu digoyangkan dulu baru dibubuhkan agar daya lekatnya bertahan hingga satu pekan,” katanya.
Ambiga meminta media untuk bisa ikut menekan Komite Pemilu dalam permasalahan ini. Ia mengatakan tanpa campur tangan media yang independen, maka sulit kiranya pemilihan raya di Malaysia bisa terwujud dalam suasana jujur, adil dan aman.
Tempo, juga sempat dipertontonkan aksi penghapusan tinta oleh seorang tentara yang menjadi peserta pemilihan awal. Hanya dengan sedikit sabun dan gosokan kuat, tak butuh waktu lama tinta penanda hilang sempurna. “Masalah seperti ini membuka celah bagi kecurangan pemilhan,” katanya.
Baca Juga:
Ahad depan, Malaysia bakal menggelar hajat politik akbar. Pemilihan kali ini merupakan pemilihan ke 13 sejak negara tetangga Indonesia itu merdeka. Banyak pihak memprediksi rezim UMNO dan koalisi barisan Nasional bakal berhenti penguasa digantikan oposisi di bawah pimpinan Anwar Ibrahim.
Sandy Indra Pratama | Anne Muhammad (PETALING JAYA)
Topik terhangat:
Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg | Ujian Nasional