TEMPO.CO, Colorado - Tak ada ampun bagi James Holmes, mantan mahasiswa pascasarjana yang merangsek masuk gedung bioskop di Colorado, Amerika Serikat, dan secara membabi buta memuntahkan peluru. Dalam sidang di pengadilan kemarin, jaksa menolak tawaran dari kubu James Holmes untuk mengaku bersalah demi menghindari eksekusi.
"Ini tekad saya dan niat saya bahwa dalam kasus James Eagan Holmes, keadilan adalah kematian," kata jaksa George Brauchler pada sidang hari Senin, yang dihadiri terdakwa. Orang tua Holmes duduk berpegangan tangan di kursi pengunjung sidang.
Putusan sedianya dijadwalkan pada Agustus, namun tampaknya akan mundur hingga Februari 2014. Pengacara pria yang kerap mengidentifikasikan dirinya sebagai The Joker ini mendesak pengadilan untuk tidak terburu-buru.
"Mereka mencoba untuk mengeksekusi klien kami, dan kami akan melakukan apa yang perlu kami lakukan untuk menyelamatkan nyawanya," kata pengacara Tammy Brady kepada ABC News. "Kami meminta pengadilan untuk tidak terburu-buru dalam hal ini."
Pengacaranya berkeras Holmes tidak bersalah karena dia secara hukum gila pada saat penembakan pada 20 Juli. Namun, berdasar penyelidikan polisi, ia telah menimbun senjata dan amunisi menjelang serangan.
James Holmes melakukan penembakan saat premier film Batman The Dark Knight Rises di bioskop di Aurora, Denver, Colorado. Ia diduga sudah merencanakan aksinya, terlihat dari bahan-bahan dan material peledak di apartemennya, beberapa mil dari kompleks tempat penembakan.
Saat melakukan aksinya, dia mengenakan perangkat taktis lengkap, helm, dan masker gas. Setidaknya 12 orang meninggal dunia dan 58 orang terluka, termasuk di antaranya dua warga negara Indonesia dan satu warga negara Amerika keturunan Indonesia.
Holmes ditangkap di tempat parkir di belakang bioskop. Polisi menemukannya dengan senapan AR-15 dan pistol. Di dalam mobilnya juga ditemukan pistol Glock dengan kaliber 40.
Senjata yang cukup banyak ini dibelinya secara legal di tiga toko senjata berbeda dalam 60 hari terakhir. Pria yang mengantongi gelar sarjana di bidang ilmu saraf (neuro science) ini juga membeli sekitar 6.000 amunisi secara online.
REUTERS | TRIP B