TEMPO.CO , Islamabad: Presiden Afganistan Hamid Karzai memburu dukungan dari Pakistan dalam upaya memajukan proses rekonsiliasi di Afganistan menjelang sebuah pertemuan tingkat tinggi trilateral keamanan regional kemarin yang melibatkan Presiden Iran.
Tetapi pertemuan yang digelar di Islamabad, Pakistan, antara Hamid Karzai, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bisa dibayangi ketegangan antara Iran dan Barat.
Iran pada masa lalu pernah dituding menyediakan dukungan tingkat rendah terhadap pemberontak Afganistan, Taliban, dan para diplomat serta pengamat menduga Teheran bisa mengail dukungan itu jika ingin serius menekan pasukan Amerika Serikat di Afganistan.
Karzai kemarin bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani dan sejumlah jenderal serta para kepala intelijen, dan membahas upaya-upaya mencari rekonsiliasi dengan Taliban guna mengakhiri perang selama 10 tahun.
Karzai diperkirakan menekan Pakistan pada langkah-langkah spesifik Islamabad dapat memfasilitasi perundingan damai dengan Taliban Afganistan.
Pakistan tampaknya jadi kunci proses perdamaian karena sejarah hubungannya dengan Taliban dan sekutu yang ditakutinya, jejaring Haqqani. Para pemimpin kedua kelompok itu diyakini berbasis di Pakistan dan berhubungan dekat dengan para pejabat intelijen Pakistan.
Salah seorang yang dijadwalkan ditemui selama lawatannya adalah Maulana Samiul Haq. Haq dikenal sebagai bapak spiritual Taliban karena dia menjalankan sebuah seminari Islam di barat laut Pakistan yang telah mengajarkan banyak pemimpin kelompok itu. Haq juga mendukung pemberontakan di Afganistan.
Haq kemarin mendesak para pemimpin tiga negara bekerja sama mendorong pasukan asing atau NATO yang dipimpin Amerika hengkang dari Afganistan secepatnya. "Kini saatnya ketika Taliban mengalahkan pasukan Barat di Afganistan," ujar Haq kepada Associated Press. "Sikap yang kuat oleh Pakistan, Afganistan, dan Iran akan membawa perdamaian dan stabilitas di kawasan ini dengan mendorong keluar pasukan asing."
Sebelumnya, Karzai menyebut pemerintah Afganistan adalah bagian dari segitiga dialog perdamaian yang melibatkan Amerika dan Taliban, meskipun milisi itu menuding pemerintahannya adalah "rezim boneka".
Kabul mengungkapkan, kecemasan menjadi terpinggirkan begitu para pejabat Washington diam-diam mengeksplorasi dialog dengan Taliban, yang pada gilirannya sudah mengatakan mereka tak berniat berbicara dengan Presiden Barack Obama, yang mendukung pemerintah (Afganistan).
Tapi, dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal edisi Kamis, Karzai mengatakan pemerintah Afganistan memang terlibat dalam dialog dan bahwa mayoritas Taliban "secara definitif" tertarik pada kesepakatan damai begitu pasukan asing pergi.
"Terdapat kontak-kontak antara pemerintah Amerika Serikat dan Taliban, telah ada kontak-kontak antara pemerintah Afganistan dan Taliban, serta ada beberapa kontak yang kami buat, kami semua bersama-sama, termasuk Taliban," ujar Karzai seperti dikutip dalam wawancara Rabu lalu di Kabul, Afganistan.
Pada kesempatan lain, mantan Kepala Badan Intelijen Afganistan Amrullah Saleh mengatakan kelompok-kelompok etnis bergabung kepada oposisi yang lebih solid sudah siap perang mencegah kembalinya militansi Taliban.
"Kami ingin negara tetap pluralistik, tidak tunduk pada laras senapan," ujar Saleh, yang kini jadi seorang aktivis politik oposisi, kepada Reuters di rumahnya yang dijaga ketat, di Kabul, kemarin.
REUTERS| FOX NEWS| SOUTH ASIAN NEWS AGENCY| DWI ARJANTO