TEMPO Interaktif, Singapura - Otoritas Pertanian, Makanan, dan Hewan Singapura (Agri Food and Veterinary Authority/AVA) tengah menyelidiki untuk memastikan produk Indomie di Singapura aman dikonsumsi.
Penelitian tersebut dilakukan menyusul laporan bahwa Taiwan telah melarang produk Indomie. Otoritas Taiwan mengatakan mereka menemukan kandungan bahan pengawet para hydroxy benzoic acid di mi produk Indomie. Bahan pengawet tersebut, menurut Taiwan, biasa dipakai untuk kosmetik.
Setelah pengumuman penarikan dirilis pada Jumat pekan lalu, dua supermarket terbesar di Taiwan, ParknShop and Wellcome, menarik produk Indomie dari rak toko mereka.
AVA mengatakan para hydroxy benzoic acid tidak boleh dipakai di mi instan yang ada di Singapura. AVA sudah menguji produk Indomie. Namun, hasilnya belum diketahui. Mereka pun belum menarik produk Indomie saat ini.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sebagai produsen Indomie menyatakan produk-produk miliknya telah sepenuhnya memenuhi panduan dan peraturan yang berlaku secara global, yang sudah ditetapkan Codex Alimentarius Comission, sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan.
Sebanyak 168 negara, termasuk Indonesia, Amerika, Cina, Jepang, Jerman, dan Inggris, sepakat untuk mengikuti standar makanan yang ditetapkan Codex Alimentarius Commission.
Menurut Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur, Taufik Wiraatmadja, selalu memenuhi peraturan dan ketentuan keselamatan makanan yang berlaku di berbagai negara, tempat produk mi instan Indomie dipasarkan. "Kami sudah mengekspor mi instan ke berbagai negara di seluruh dunia selama 20 tahun lebih," katanya.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kustantinah, juga sependapat dengan Taufik. Dia mengatakan produk mi instan yang telah terdaftar di Indonesia, termasuk Indomie, aman dikonsumsi. Batas maksimum penggunaan methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid sebagai tambahan pangan diatur dalam peraturan menteri tahun 1998.
Insiden penarikan mi Indonesia di Taiwan ini kemarin sempat membuat Kementerian Perdagangan Indonesia sedikit waswas. Mereka berencana pergi ke Taiwan untuk memastikan apakah produk itu dihasilkan pabrik di Indonesia. "Bisa saja merek ditempel di produk berbeda," kata Deddy Saleh, pelaksana tugas Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. Pihaknya juga akan meminta konfirmasi dari otoritas Taiwan.
CHANNELNEWSASIA| KODRAT SETIAWAN