Sekitar 21 orang telah tewas akibat tertular flu babi diseluruh India, ujar rilis pemerintah pada Jumat (14/8), dan sekitar 1.390 telah dikonfirmasikan terinfeksi virus H1N1, secara statistik, jumlah yang tak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan jumlah total penduduk India yang 1,2 miliar. Tetapi ketakutan tertular flu babi telah membuat kepanikan warga diseluruh negara. "Jumlah penderita dengan histeria yang terjadi tak sebanding dengan kenyataan sebenarnya dari penyakit ini," ujar Dr Jai Narain, kepala regional India dari World Health Organization, Jumat (15/8).
Liputan flu babi yang mendominasi seluruh saluran media di India sejak awal Agustus, dipandang yang telah membangkitkan histeria flu babi di India, bahkan sampai di kota-kota kecil yang tidak mempunyai kasus flu babi.
Di Ibukota India New Delhi, kota yang dilaporkan sama sekali tak ada kasus meninggal akibat flu babi, histeria merebak sehingga membuat orang selalu memakai masker setiap keluar rumah atau ketempat umum. Di Lucknow, para orangtua membawa anak-anaknya ke rumah sakit untuk dilakukan test flu babi. "Lebih dari 1.000 orang antri pagi ini, dan hanya 11 yang positif flu babi," ujar Dr R R Bharati, kepala dinas kesehatan di Lucknow.
Di Kota Mumbai yang merupakan pusat perkembangan ekonomi baru di India, dan pusat industri film Bollywood yang terkenal itu, pemerintah setempat telah menutup sekolah-sekolah, bioskop, dan mengawasi mal-mal.
Di Kota Pune, wilayah yang paling parah terkena wabah flu babi, 13 dari 21 korban tewas, berasal dari daerah ini. Jalanan menjadi sepi, mal, bar dan pusat perbelanjaan tutup, para pekerja takut ke kantor, dan para orang tua lebih baik menjaga anak-anaknya tetap berada dalam rumah.
Seiring histeria flu babi, masker penutup mulut dan hidung telah menjadi komoditi laris, harganya naik cepat dari 5 rupee (10 sen) menjadi 150 rupee (sekitar Rp 30 ribu). "Situasi di Pune memang telah memperingatkan bahaya cepat menularnya penyakit ini, antara jumlah kasus dan jumlah yang meninggal memang sebanding, cepat. Kami telah meminta pemerintah setempat untuk menangani situasi ini. Tetapi bagaimanapun jangan sampai membuat masyarakat panik," ujar Chandrakant Dalvi, seorang pegawai pemerintah setempat.
Untuk mengatasi wabah flu babi yang cepat merebak, pemerintah India telah membuat pusat-pusat penanganan dan uji penyakit diseluruh negara, dan meningkatkan stok obat antiviral Tamiflu hingga 30 juta dus. Tetapi kepanikan yang menggejala, telah membuat para petugas kesehatan dari pemerintah meminta agar masyarakat menghentikan memakai masker disetiap saat dan di setiap tempat, terutama di jalan-jalan. "Masker baru dipakai kalau ada keluarga atau orang disekitar kita ada yang positif terinfeksi," ujar himbauan pemerintah. "Saya melihat tidak ada yang perlu dipanikkan dalam masalah ini," ujar Dr Jayaprakash Muliyil, profesor epidemologi di Christian Medical College di Vellore," rumor-rumor yang berlebihan justru membuat tidak sehat situasi negara ini."
"Tingkat fatalitas (menyebabkan kematian) virus ini relatif rendah, meskipun banyak ilmuwan yang mengkhawatirkan strain mutasi virus ini akan lebih bersifat mematikan," ujar Jayaprakash.
Flu sebelumnya tak mendapat perhatian di India, begitu juga dengan Tuberculoasis (TBC), penyakit yang menyebabkan sekitar 1.000 orang di India tewas setiap hari akibat penyakit ini, demikian data dari World Health Organization.
Pada hari Kamis (13/8), sekitar 11.000 orang antri secara sukarela untuk ditest flu babi di Kota Pune, dan 73 diantaranya ditemukan positif flu babi, ujar Mahesh Zagade, seorang pejabat Kota Pune. "Saya merasa sakit, badan dingin, demam, dan nyeri," ujar Aditya yang tengah antri untuk ditest di Pune," saya telah panggil dokter saya pagi ini, saya sudah bilang rasa sakit ini."
Seluruh staf apotik dan apoteker di Kota Pune memakai masker dan sarung tangan rapat, setelah mendengar salah seorang staf apotik di Pune ada yang meninggal karena penyakit ini. "Kami sebenarnya ingin menutup toko, tapi tidak bisa kami lakukan, karena semua orang sedang membutuhkan obat," ujar Anand Agarwal, 42 tahun, seorang apoteker.
Data World Health Organization (WHO), Rabu (12/8), memang menunjukkan wabah ini cepat sekali menyebar, hingga kini diseluruh dunia ada 177,457 kasus positif flu babi dan 1.462 diantaranya tewas akibat penyakit ini.
Di Indonesia, data Departemen Kesehatan, hingga Selasa (11/8) diseluruh Indonesia ada 812 kasus positif flu babi, dengan perincian 456 laki-laki dan 356 perempuan, dengan tiga kasus diantaranya tewas.
Setelah satu minggu dalam suasana nasional yang panik flu babi, beberapa media mulai menurunkan pemberitaan "Stop Panik," kata Hindustan Times, salah satu media besar di India.
AP l HINDUSTAN TIMES l WAHYUANA