TEMPO.CO, San Salvador - Seorang pria El Salvador dihadapkan dengan gugatan sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 13,8 miliar setelah dituduh memakan mayat temannya yang sudah meninggal saat hilang di laut. Jose Salvador Alvarenga, 36 tahun, yang diyakini satu-satunya orang yang bertahan lebih dari setahun hilang di laut, diseret ke pengadilan dengan anggota keluarga temannya yang sudah meninggal itu.
Insiden itu bermula saat Alvarenga dibayar oleh Ezequiel Cordoba, 22 tahun, sebesar US$ 50 untuk menemaninya memancing. Namun, setelah beberapa jam, perangkat komunikasi perahu mereka hancur oleh badai dan persediaan bahan makanan hanyut ke laut. Kedua pria tersebut harus menangkap burung dan ikan untuk makan, dan terpaksa untuk minum darah penyu dan air hujan.
Setelah beberapa bulan, Cordoba menjadi tertekan dan mencoba untuk melemparkan dirinya ke laut, tapi dia dihentikan oleh temannya. Suatu hari, dua orang ini menjadi sangat sakit setelah salah satu burung yang mereka makan beracun. Alvarenga makan daging mentah untuk menginduksi muntah dan tetap hidup, sementara Cordoba menolaknya dan meninggal.
Cordoba meminta temannya tidak makan tubuhnya dan memberitahu ibunya apa yang telah terjadi. Setelah kematian Cordoba, Alvarenga mengatakan bahwa dia terus menyimpan mayat pria itu di perahu selama hampir seminggu, berbicara dengan mayat temannya itu seolah-olah dia masih hidup. Akhirnya, setelah hari keenam, dia menyiapkan mayat Cordoba dan mendorong tubuh pemuda itu ke laut.
"Setelah saya melepaskannya ke dalam air, saya langsung pingsan," kata Alvarenga mengenang kejadin itu seperti yang dilansir People Magazine pada 17 Desember 2015. Setelah usaha yang luar biasa untuk mencapai Kepulauan Marshall setelah perahunya hanyut sejauh 5.000 mil selama 15 bulan, Alvarenga menepati janjinya dan mengunjungi ibu Cordoba, Rosalia Diaz Cueto, untuk menyampaikan pesan dari anaknya.
Namun anggota keluarga Cordoba malah mengklaim Alvarenga makan mayat temannya. Kini, keluarga menuntut US$ 1 juta sebagai ganti rugi kompensasi dari Alvarenga, dengan tuduhan anak mereka korban kanibalisme. Pengacara Alvarenga menyangkal tuduhan itu, menunjukkan bahwa gugatan datang hanya beberapa hari setelah sebuah buku tentang penderitaan kliennya diterbitkan.
Alvarenga menulis sebuah buku tentang penderitaannya, tetapi dia hanya berhasil menjual 1.500 eksemplar.
PEOPLE MAGAZINE | YON DEMA