TEMPO.CO, Beirut - Seorang pangeran dan empat rekannya dilaporkan ditahan petugas keamanan di Libanon, Senin, 26 Oktober 2015, setelah mereka kedapatan membawa dua ton obat-obatan terlarang, termasuk ganja yang terikat rapi di dalam jet siap terbang menuju Arab Saudi.
Jika kabar penangkapan itu benar, maka peristiwa ini seperti pengulangan kejadian yang pernah merundung keluarga kerajaan.
Pada 1999, Pangeran Saudi Nayef bin Sultan bin Fawwaz al-Shaalan dituding menyelundupkan dua ton ganja dari Venezuela ke Prancis. Sekarang dia dipercaya hidup di bawah perlindungan hukum Arab Saudi.
Prancis menuduh Pangeran Nayef menggunakan status diplomatiknya untuk menyelinapkan obat-obatan terlarang ke dalam jet milik keluarga kerajaan. Dia berhasil meloloskan diri dari jerat hukum, tapi Prancis menjatuhkan hukuman dalam pengadilan in absentia pada 2007. Amerika Serikat diduga terlibat dalam konspirasi penyelundupan barang haram ini.
Pada 2010, WikiLeaks mengungkap sebuah pesta muda-mudi di Jeddah yang diketahui pejabat Kerajaan Arab Saudi. Dalam sebuah pesta Halloween yang didanai keluarga Al-Thunayan itu, lebih dari 150 pria-wanita muda mengenakan kostum menenggak minuman alkohol yang hanya beredar di pasar gelap Arab Saudi.
"Meskipun tidak menyaksikan secara langsung pesta tersebut, tapi kokain dan ganja sudah biasa digunakan di lingkungan kerajaan," tulis Wikileaks.
Hukum yang keras atau pelanggaran hukum syariah di Arab Saudi cenderung tidak berlaku bagi sekitar 15 ribu pangeran dan putri keluarga Saud. Namun sebaliknya, Riyadh akan menerapkan hukuman keras bagi warga asing atau warga negaranya yang bukan berasal dari kalangan kerajaan yang dituding melakukan pelanggaran terutama soal narkoba.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, otoritas Saudi telah memenggal kepala sejumlah orang yang dituduh menyelundupkan obat-obatan terlarang, termasuk dua pria Pakistan meskipun kelompok hak asasi manusia dan pemerintah Pakistan meminta hukuman tersebut dipertimbangkan kembali.
FOREIGN POLICY.COM | CHOIRUL AMINUDDIN