Sebuah kendaraan milik warga Palestina menabrak dan melindas seorang pria Israel yang berusaha menghadang laju kendaraan di West Bank, Hebron, 21 Oktober 2015. AP/Nasser Shiyoukhi
TEMPO.CO, Yerusalem - Dua warga Palestina menusuk dan melukai seorang sipil Israel di pusat kota, Kamis, 22 Oktober 2015, menyusul desakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengakhiri gelombang kekerasan yang melibatkan warga Palestina dan Israel serta kembali ke proses perdamaian.
Polisi menembak pelaku di Beit Shemesh, salah satu di antara keduanya tewas di rumah sakit akibat luka-luka. Kedua warga Palestina itu mengenakan kaos berlambang sayap militer gerakan Islam Palestina, Hamas, yang berkuasa di Jalur Gaza.
Hampir seluruh penyerang Palestina dalam gelombang kekerasan menghantam pasukan keamanan Israel di daerah pendudukan yang tak memiliki hubungan dengan kelompok militan. Tetapi pemimpin Hamas di Gaza, Ismail Haiyeh, mendesak warga Palestina untuk bergabung dengan apa yang disebut sebagai pemberontakan Palestina jilid ketiga atau dikenal dengan sebutan intifada.
Hingga saat ini gelombang kekerasan di Israrel memasuki pekan kelima. Kekerasan terakhir berlangsung pada Rabu, 21 Oktober 2015, menyasar sedikitnya enam petugas keamanan Israel. Mereka ditusuk belati atau ditabrak truk oleh warga Palestina dalam berbagai serangan terpisah. Selanjutnya pasukan keamanan Israel menembak pelaku karena diyakini sebagai teroris.
"Petugas keamanan menembak pelaku serangan setelah dia menolak menunjukkan identitasnya. Bersamaan dengan itu seseorang berteriak bahwa pria tersebut adalah seorang teroris," kata juru bicara kepolisian Micky Rsenfeld, Kamis, 23 Oktober 2015.
Sedikitnya 50 warga Palestina tewas dalam bentrok dengan petugas keamanan Israel, termasuk setidaknya 18 orang tewas setelah menyerang warga Israel. "Seluruh kekerasaan penting segera diakhiri demi menuju hari yang lebih baik," ucap Kerry.
Kerry rencananya terbang ke Timur Tengah pekan ini untuk mengadakan pembicaraan di Yordania dengan pemimpin otoritas Palestina, Presiden Mahmoud Abbas.