Aktivis Tuding RI Paksa Pengakuan Napi Hukuman Mati

Reporter

Editor

Natalia Santi

Kamis, 15 Oktober 2015 23:02 WIB

Aktivis yang tergabung dalam komunitas buruh migran berdoa bersama dengan memegang poster terpidana hukuman mati Mary Jane dan menyalakan lilin, di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, 27 April 2015 malam. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Setahun setelah Presiden Indonesia, Joko Widodo, menyetujui dilaksanakannya hukuman mati atas 14 tahanan - 12 di antaranya adalah warga negara asing - kelompok aktivis Amnesty Internasional mengeluarkan sebuah laporan mengejutkan.

Laporan berjudul 'Flawed Justice', sebagaimana dilansir dari laman situs berita Guardian, Kamis,15 Oktober 2015 dan mengatakan setengah dari tahanan terpidana hukuman mati yang diwawancarai Amnesty mengklaim mereka telah dipukuli, disiksa dan dipaksa mengakui untuk kejahatan mereka.

Laporan itu termasuk klaim dari warga Pakistan terpidana mati, Zulfiqar Ali, yang menyatakan bahwa polisi menendang, meninju dan mengancamnya selama tiga hari, dan baru berhenti ketika ia mengakui kesalahannya.

Pengakuan Ali kemudian digunakan sebagai bukti, meskipun dikatakan tidak ada penyelidikan independen atas kejahatan yang dilakukannya. "Pemukulan itu sangat kejam sampai ginjal dan lambung harus dioperasi," kata Amnesty seperti dikutip Guardian.

Amnesty juga mengungkapkan hukuman mati harus dijalani seorang tahanan asing lain, akibat permintaannya untuk menghadirkan seorang penerjemah ditolak selama atau sebelum sidang.

Ia dipaksa menandatangani dokumen dalam bahasa yang tidak dimengerti dan ditolak akses ke layanan penasihat hukum, yang semuanya oleh Amnesty dianggap sebagai pelanggaran hukum hak asasi manusia internasional.

Josef Benedict, direktur kampanye Amnesty untuk wilayah tenggara Asia, mengatakan di saat hukuman mati dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia, isu seputar bagaimana itu sedang diterapkan, dan proses hukum serampangan di Indonesia, membuatnya menjadi semakin tragis.

"Undang-undang di Indonesia tentang eksekusi telah menyebabkan kematian 14 orang, meskipun belum ada bukti yang jelas dari pengadilan yang kelihatannya tidak adil," kata Benediktus.

"Presiden Joko Widodo telah berjanji untuk meningkatkan hak asasi manusia di Indonesia, tetapi menempatkan lebih dari selusin orang di hadapan regu tembak menunjukkan bagaimana rapuhnya komitmen ini."

Namun Greg Barton, seorang profesor kajian tentang Indonesia di Universitas Monash, Victoria, Australia mengatakan meskipun pandangan Joko Widodo pada kejahatan perdagangan narkoba menuai kontroversi, itu masih terlalu dini untuk mengatakan sikap itu tidak akan berubah.

"Dengan (Presiden) Widodo kita telah benar-benar melakukan, sebagian besar langkah-langkah maju, memiliki presiden yang progresif dan demokratis," kata Barton.

Menurut angka yang diperoleh dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 121 orang diketahui dijatuhi hukuman mati pada bulan April di Indonesia, termasuk 54 orang yang dihukum karena kejahatan narkoba, 2 terpidana atas tuduhan terorisme dan 65 karena pembunuhan.

THE GUARDIAN | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

3 jam lalu

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

Luhut bicara soal kemungkinan diaspora memperoleh kewarganegaraan ganda. Negara mana saja yang sudah menerapkannya?

Baca Selengkapnya

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

14 jam lalu

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

Beberapa negara ini dijuluki negara tersantai di dunia. Hal ini dinilai berdasarkan tingkat kenyamanan hingga suhu udara. Ini daftarnya.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Polri Impor Belasan Alat Sadap, CEO Polus Tech Swiss Buka Suara

22 jam lalu

Amnesty International Ungkap Polri Impor Belasan Alat Sadap, CEO Polus Tech Swiss Buka Suara

Dokumen Amnesty International Security Lab mencatat kantor Staf Logistik Polri memsan 19 alat sadap. CEO Polus Tech Swiss bicara soal produk mereka.

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

1 hari lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

1 hari lalu

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

Kepolisian Australia mengkonfirmasi telah menembak mati seorang remaja laki-laki, 16 tahun, karena penikaman dan tindakan bisa dikategorikan terorisme

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

2 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

2 hari lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

2 hari lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

2 hari lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

3 hari lalu

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International Indonesia mendesak polisi segera membebaskan puluhan mahasiswa yang ditangkap saat Hari Buruh dan Hari Pendidikan.

Baca Selengkapnya