Turki Protes pada Austria karena Dianggap Melakukan Genosida

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 24 April 2015 06:34 WIB

Deputi Perdana Menteri Turki Bulent Arinc. ANTARAFOTO/aacc2015

TEMPO.CO, Jakarta - Turki menarik duta besarnya untuk Austria pada Rabu sebagai protes atas pernyataan anggota parlemen Austria yang mengutuk pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh pasukan Kekaisaran Utsmaniyah (Ottoman) 100 tahun lalu sebagai genosida.

"Pernyataan oleh parlemen Austria itu mengganggu persahabatan dan hubungan antara Turki dan Austria," kata Kementerian Luar Negeri Turki,

Ankara mengumumkan pihaknya memanggil pulang Duta Besar Turki untuk Austria, Hasan Gogus, untuk konsultasi".

Dua hari lalu untuk memperingati 100 tahun pembunuhan di bagian timur Turki itu, para anggota parlemen Austria mengadakan "hening cipta" satu menit bagi para korban yang mereka katakan "genosida" untuk pertama kali.

"24 April 1915 menandai dimulainya pembunuhan yang berakhir dengan genosida," kata Ketua Parlemen Doris Bures sebelum mengheningkan cipta.

Para pemimpin enam partai utama Austria juga mengeluarkan satu pernyataan yang mendeklarasikan bahwa Austria, sebagai bekas sekutu Kekaisaran Ottoman, memiliki "tugas untuk mengakui dan mengutuk saat-saat yang mengerikan ini sebagai genosida".

Mereka menyeru Turki -- yang menolak istilah sensitif untuk melukiskan pembunuhan yang terjadi pada Perang Dunia I -- untuk mengambil tanggung jawab atas perannya dalam pembunuhan massal itu.

"Ini tugas Turki untuk menghadapi babak yang menyakitkan dan gelap dari masa silamnya dan mengakui kejahatan-kejahatan terhadap orang-orang Armenia di bawah Kekaisaran Ottoman sebagai genosida," demikian pernyataan itu.

Kemlu Turki menuduh pihak Austria bersikap tendensius terkait sejarah masa silam dan menghina rakyat Turki yang bertolak belakang dengan fakta-faktanya.

Pihak Armenia mengatakan sekitar 1,5 juta orang Armenia dibunuh dalam kampanye militer yang bertujuan menghapus orang-orang Armenia dari Anatolia, yang sekarang bagian timur Turki.

Mereka telah lama mengusahakan pengakuan internasional atas pembunuhan massal itu sebagai genosida.

Turki, yang menyatakan menderita sakit sama dengan yang dialami orang-orang Armenia, selalu menolak dengan tegas penggunaan istilah genosida, dengan menyebutkan ratusan ribu orang di kedua pihak terbunuh sementara pasukan Ottoman bertempur melawan Kekaisaran Rusia untuk menguasai Anatolia.

Awal bulan ini, Paus Francis membuat Turki tersinggung setelah melukiskan pembunuhan itu sebagai genosida pertama di abad ke-20.

Turki memanggil dubes Vatikan di Ankara atas keterangan tersebut dan memanggil pulang utusan Turki dari Vatikan.

Lebih 10 negara, termasuk Prancis dan Rusia, telah mengakui genosida Armenia itu.


ANTARA

Berita terkait

Bertemu PM Cina, Prabowo Bahas Penguatan Bilateral hingga Kerja Sama Tingkat Global

29 hari lalu

Bertemu PM Cina, Prabowo Bahas Penguatan Bilateral hingga Kerja Sama Tingkat Global

Kedatangan Prabowo ke negara tirai bambu untuk memperkuat kerja sama antara dua negara.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Kerjasama Bilateral

30 November 2023

Bamsoet Dorong Peningkatan Kerjasama Bilateral

Hadiri Peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia, Ketua MPR RI Bamsoet Dorong Peningkatan Kerjasama Bilateral

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia-Thailand

27 November 2023

Bamsoet Dorong Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia-Thailand

Bertemu Duta Besar RI untuk Thailand, Ketua MPR RI Bamsoet Dorong Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia - Thailand

Baca Selengkapnya

Mendag Bahas Peningkatan Hubungan Ekonomi Bilateral Indonesia - Inggris

10 Maret 2023

Mendag Bahas Peningkatan Hubungan Ekonomi Bilateral Indonesia - Inggris

Indonesia dan Inggris telah memiliki forum Joint Economic and Trade Committee (JETCO)

Baca Selengkapnya

Jokowi Targetkan Nilai Perdagangan dengan Vietnam Capai US$ 15 Miliar

22 Desember 2022

Jokowi Targetkan Nilai Perdagangan dengan Vietnam Capai US$ 15 Miliar

Jokowi menyebut dalam pertemuan hari ini, dirinya telah menandatangani tiga MoU atau nota kesepahaman tentang kerja sama.

Baca Selengkapnya

PM Australia Tawarkan Bantuan Iklim ke Jokowi untuk Pererat Kerja Sama

6 Juni 2022

PM Australia Tawarkan Bantuan Iklim ke Jokowi untuk Pererat Kerja Sama

Kunjungan Anthony Albanese ke Indonesia menjadi pertemuan bilateral pertama bagi pemerintahan Australia yang baru.

Baca Selengkapnya

Bertemu Menlu Prancis, Jokowi Sampaikan 5 Pesan soal Hubungan Kedua Negara

24 November 2021

Bertemu Menlu Prancis, Jokowi Sampaikan 5 Pesan soal Hubungan Kedua Negara

Jokowi menyampaikan terima kasih atas dukungan vaksin Prancis ke Indonesia yang jumlah totalnya akan mencapai 4,8 juta dosis.

Baca Selengkapnya

Insiden Diplomat Nigeria, Kemenlu: Semoga Hubungan Bilatera Tetap Baik

11 Agustus 2021

Insiden Diplomat Nigeria, Kemenlu: Semoga Hubungan Bilatera Tetap Baik

Kementerian Luar Negeri menegaskan hubungan bilateral antara Indonesia dengan Nigeria telah berjalan baik.

Baca Selengkapnya

Semester 1 2021, AstraZeneca Raup USD 1,2 Miliar dari Penjualan Vaksin Covid-19

29 Juli 2021

Semester 1 2021, AstraZeneca Raup USD 1,2 Miliar dari Penjualan Vaksin Covid-19

Perusahaan farmasi multinasional AstraZeneca meraup pendapatan US$ 1,2 miliar dari penjualan vaksin Covid-19 sepanjang semester pertama 2021.

Baca Selengkapnya

Indonesia Usul Tingkatkan Kerja Sama Ketenagakerjaan dengan Singapura

22 Juni 2021

Indonesia Usul Tingkatkan Kerja Sama Ketenagakerjaan dengan Singapura

Peningkatan kerja sama tersebut antara lain meliputi permintaan bantuan tenaga ahli Singapura untuk pengembangan Innovation Center dan Talent Hub Kemnaker.

Baca Selengkapnya