Kisah Kepahlawanan Dokter Brantly Melawan Ebola

Reporter

Editor

Natalia Santi

Jumat, 1 Agustus 2014 22:24 WIB

Dr Kent Brantly (kanan), berbicara dengan rekannya di Rumah Sakit Elwa di Monrovia, Liberia, 30 Juli 2014. REUTERS/Samaritan Purse

TEMPO.CO, Monrovia -- Satu serum eksperimen melawan virus ebola--cukup untuk satu pasien--tiba di Liberia kemarin. Tapi masalahnya, ada dua sukarelawan Amerika Serikat yang kondisinya kritis setelah tertular virus itu.



Pilihan yang sulit soal siapa yang akan menerima serum itu. Apakah dr Kent Brantly, 33 tahun, dokter yang tergabung dalam organisasi Amerika Serikat, Pundi Orang-orang Samaria (Samaritan’s Purse), ataukah Nancy Writebol, petugas dekontaminasi orang-orang yang keluar-masuk bangsal Rumah Sakit Elwa. (baca: MSF Minta WHO Bergerak Cepat Atasi Ebola)


“Dr Brantly minta serum itu diberikan kepada Nancy Writebol,” kata Presiden Samaritan’s Purse, Franklin Graham.



Keluarga mengatakan sifat tidak mementingkan diri sendiri dan suka berkorban itu telah lama tertanam di hati Brantly.


“Kent telah menyiapkan diri untuk menjadi dokter misionaris seumur hidup,” kata ibunda Kent, Jan Brantly, seperti dilansir The Associated Press, Senin lalu. “Hatinya ada di Afrika.” (baca: Waspadai Wabah Virus Ebola di Afrika)


Advertising
Advertising


Kabar itu segera menyebar dan menggugah hati keluarga Liberia yang diselamatkan Brantly. “Dr Brantly menerima satu unit darah dari seorang anak berusia 14 tahun yang selamat dari ebola berkat perawatan Dr Brantly. Anak itu dan keluarganya ingin membantu dokter yang telah menyelamatkan nyawanya,” kata Graham.


Wabah ebola yang terburuk di Afrika Barat--terburuk dalam sejarah--telah menewaskan 729 orang berdasarkan data WHO yang dirilis pada 31 Juli 2014 sejak bermula Maret lalu. Total jumlah kasus sejak pertama kali terdeteksi awal tahun ini mencapai 1.323. (Baca: WHO: Wabah Ebola Afrika Terparah Sepanjang Masa)



Sejumlah paramedis menjadi korban karena kontak langsung dengan penderita. Salah satunya adalah dokter Sheikh Umar Khan. Khan akhirnya mengembuskan napas terakhir setelah sepekan dinyatakan tertular ebola. Presiden Sierra Leone, Ernest Bai Koroma, menyebut Khan sebagai pahlawan lantaran telah menyembuhkan lebih dari 100 pasien ebola. Khan dimakamkan kemarin.


Menurut WHO, ebola adalah salah satu penyakit yang paling mematikan yang disebabkan oleh virus. Kematian terjadi pada 55 persen penderita. (Baca: Delapan Fakta Virus Mematikan Ebola)



Penderita ebola merasakan nyeri otot yang parah, demam, pusing, dan jika memburuk, perdarahan terus-menerus hingga meninggal dunia. Hingga kini belum ada vaksin dan pengobatan dilakukan dengan terapi penunjang umum.


THE HUFFINGTON POST | NATALIA SANTI






Berita Terpopuler
Jokowi Diingatkan Soal Jatah Menteri buat Partai
Kenapa ISIS Berpotensi Membahayakan Indonesia
Syafi'i Maarif: Dukung ISIS Itu Sinting
Dua Sebab ISIS Berpotensi Berkembang di Indonesia

Berita terkait

Tahun Baru 2024 di Gaza, Warga Palestina: Kami Ingin Hidup Seperti Manusia Lainnya

1 Januari 2024

Tahun Baru 2024 di Gaza, Warga Palestina: Kami Ingin Hidup Seperti Manusia Lainnya

Gaza memulai tahun baru 2024 dengan serangan Israel semalam yang menewaskan sedikitnya dua lusin orang

Baca Selengkapnya

Blokir Dua Bandara Tersibuk Amerika Serikat, Puluhan Demonstran Pro-Palestina Ditangkap

28 Desember 2023

Blokir Dua Bandara Tersibuk Amerika Serikat, Puluhan Demonstran Pro-Palestina Ditangkap

Pengunjuk rasa pro-Palestina memblokir lalu lintas di sekitar dua bandara Los Angeles dan Neww York, bandara tersibuk di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

UNICEF: Serangan Israel di Gaza Membunuh dan Melukai Lebih dari 400 Anak Palestina Setiap Hari

25 Oktober 2023

UNICEF: Serangan Israel di Gaza Membunuh dan Melukai Lebih dari 400 Anak Palestina Setiap Hari

UNICEF mengatakan 2.360 anak-anak tewas, dan 5.364 lainnya terluka menyusul pemboman Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Tema Hari Kesehatan Sedunia 2023, Begini Tantangan WHO Setarakan Layanan Kesehatan

7 April 2023

Tema Hari Kesehatan Sedunia 2023, Begini Tantangan WHO Setarakan Layanan Kesehatan

Selalu diperingati pada 7 April, berdirinya World Health Organization diperingati jadi Hari Kesehatan Sedunia.

Baca Selengkapnya

Pasien Covid-19 Jakarta Naik 735 Orang

20 Juni 2022

Pasien Covid-19 Jakarta Naik 735 Orang

Pasien Covid-19 Jakarta naik lagi sebanyak 735 orang per kemarin.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tidak Sehat, 27,4 Kali Pedoman WHO

20 Juni 2022

Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tidak Sehat, 27,4 Kali Pedoman WHO

Kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat karena konsentrasi PM2.5 saat ini 27,4 kali dari nilai pedoman WHO.

Baca Selengkapnya

Pasien Covid-19 Jakarta Hari Ini Bertambah 314 Orang

11 Juni 2022

Pasien Covid-19 Jakarta Hari Ini Bertambah 314 Orang

Pasien Covid-19 Jakarta hari ini bertambah 314 orang. Hasil ini didapati setelah melakukan tes PCR terhadap 8.057 spesimen.

Baca Selengkapnya

Pekan Kedua Juni, Vaksin Merah Putih Masuk Uji Klinis Fase Ketiga

31 Mei 2022

Pekan Kedua Juni, Vaksin Merah Putih Masuk Uji Klinis Fase Ketiga

Penny menjelaskan penyelesaian tahap uji coba fase ketiga Vaksin Merah Putih bisa lebih cepat dari perkiraan sebelumnnya.

Baca Selengkapnya

Wabah Demam Berdarah Maut Serang Irak, Penderita Tewas Kehabisan Darah

29 Mei 2022

Wabah Demam Berdarah Maut Serang Irak, Penderita Tewas Kehabisan Darah

WHO melaporkan Irak kini tengah menghadapi wabah demam berdarah Krimea-Kongo yang berdampak fatal, dapat menyebabkan penderita tewas kehabisan darah

Baca Selengkapnya

Kasus Hepatitis Akut: Dunia 170 Kasus 1 Meninggal, Indonesia 3 Kasus 3 Meninggal

5 Mei 2022

Kasus Hepatitis Akut: Dunia 170 Kasus 1 Meninggal, Indonesia 3 Kasus 3 Meninggal

World Health Organization atau WHO mempublikasikan penyakit hepatitis akut berat ini sebagai kejadian luar biasa atau KLB.

Baca Selengkapnya