Sejumlah WNI Korban selamat dari Kapal tenggelam di Tanjung Sedili, Johor, Malaysia (3/8). Kapal ini juga membawa 40 TKI Indonesia. (AP Photo/Malaysian Maritime Enforcement Agency)
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Kapal yang membawa sekitar 80 tenaga kerja Indonesia tersungkur ke dalam laut di selatan pantai Malaysia setelah bertabrakan dengan kapal patroli yang mengejar pekerja ilegal.
Juru bicara badan keamanan pantai Malaysia (MMEA) dalam keterangannya kepada media mengatakan, akibat tabrakan tersebut, dua penumpang tewas dan 17 korban lain hilang. "Sedikitnya 61 orang berhasil diselamatkan," kata sumber yang tak bersedia disebutkan namanya kepada Al Jazeera, Selasa, 15 Juli 2014.
Hingga saat ini operasi pencarian dan penyelamatan masih terus berlangsung di lepas Pantai Tanjung Piai di sebelah selatan Negara Bagian Johor. "Kami bekerja sama dengan kepolisian, angkatan laut, dan departemen keamanan publik untuk menemukan korban," kata sang juru bicara.
Sejumlah koran lokal menjelaskan, para penumpang yang tenggelam tersebut merupakan pekerja ilegal dari Indonesia. Dalam pemberitaan, mereka menulis, saat mengalami kecelakaan, kapal sedang menuju wilayah Indonesia.
Menurut laporan koresponden Al Jazeera dari Johor Baru, Stephanie Scawen, tenggelamnya kapal pengangkut para pekerja Indonsia itu yang ketiga kalinya dalam beberapa pekan belakangan. Pada Juni 2014, satu kapal sarat penumpang yang diduga adalah para pendatang ilegal dari Indonesia tenggelam di pantai barat Malaysia, menyebabkan setidaknya 10 penumpangnya tewas.
Malaysia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki pertumbuhan ekonomi bagus sehingga menarik bagi imigran gelap dari Indonesia dan sejumlah negara miskin di sekitar negara ini untuk mencari peruntungan. Para pekerja gelap asal Indonesia banyak yang bekerja di perusahaan kelapa sawit Malaysia.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.