Sejumlah anak-anak Palestina tertidur disebuah ruangan sekolah PBB, setelah bersama keluarganya mengungsi akibat serang yang dilancarkan Israel ke Gaza (13/7). REUTERS/Mohammed Salem
TEMPO.CO, Gaza - Belum sembuh trauma anak-anak Gaza akibat konflik pada 2008-2009 dan 2012. Tapi kini mereka kembali didera derita akibat serangan udara Israel di tanah mereka dalam sepekan terakhir. Menurut badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), setelah perang pada 2012, tingkat post-traumatic stress disorder (PTSD) meningkat hingga dua kali lipat.
“Banyak organisasi (anak-anak) belum menyelesaikan pekerjaan mereka menghilangkan trauma pada anak-anak. Namun kini pekerjaan mereka kembali bertambah akibat serangan baru Israel,” kata Osama Damo, manajer komunikasi organisasi Save the Children, kepada Al Jazeera, Rabu, 9 Juli 2014.
Trauma kembali mengorek luka yang belum sembuh akibat konflik sebelumnya. Banyak anak yang mengalami gangguan tidur, stres, dan kecemasan berlebihan. Ini menjadi tugas berat bagi orang tua dan kelompok pembela hak anak-anak di sana.
Sejauh ini, berbagai organisasi pembela hak anak terus bekerja sama untuk mengatasi trauma anak-anak ini. Setelah serangan Israel selesai, mereka akan membuka sesi konseling untuk anak-anak. Tak hanya itu, mereka akan memberikan pelatihan khusus kepada keluarga untuk membantu anak-anak mengatasi situasi traumatis ini. (Baca: Anak-anak di Gaza Alami Trauma Berat)
Namun, hingga kini, konflik tak kunjung usai. Karena itu, atas nama anak-anak Gaza, organisasi Save the Children menyeru semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata.