TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa jam setelah MH370 dinyatakan hilang pada 8 Maret 2014 lalu, beberapa orang insinyur dikumpulkan di kantor pusat Inmarsat Plc (ISAT) di London, ribuan mil dari Kuala Lumpur. Mereka diminta untuk menganalisis data satelit, mencari pesawat penumpang Malaysia Airlines yang lenyap saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing itu.
Inmarsat adalah perusahaan yang didirikan oleh Organisasi Maritim Internasional pada 1979. Spesialisasi mereka adalah melacak sinyal satelit dari kapal, pesawat, atau kendaraan darat di berbagai titik yang sulit dilacak sistem telekomunikasi lain.
Setelah bekerja siang malam memilah dan menganalisis data satelit, pada 11 Maret mereka sampai kepada kesimpulan: MH370 kemungkinan melenceng dari jalurnya, bisa ke arah Asia tengah di utara atau ke Antartika di selatan.
“Sampai di situ, kami merasa telah melakukan semua yang kami bisa,” kata Chris McLaughlin, juru bicara Inmarsat.
Mereka tahu itu hampir tidak masuk akal. Apalagi, kedua wilayah disebut sangat luas. Lantaran itu, para teknisi yang tergabung dalam tim pelacak MH370 bertekad untuk mencoba lagi. Percobaan kedua ini kemudian membawa mereka pada kesimpulan bahwa pesawat Boeing 777-200ER yang hilang itu tidak menuju ke utara, melainkan ke selatan. Temuan ini mendorong Perdana Menteri Malaysia mengumumkan bahwa MH370 yang membawa 239 penumpang itu telah jatuh di perairan Samudera Hindia.
Dengan kondisi sistem komunikasi pesawat yang mati dan puing tanda bahwa pesawat yang jatuh belum juga ditemukan, kesimpulan Inmarsat merupakan yang paling mungkin saat ini.
“Mereka bekerja terus-menerus selama enam atau tujuh hari tanpa henti,” kata McLaughlin. Jika lelah, mereka bersantai di ruang olahraga atau berkumpul menyantap pizza beramai-ramai
Para teknisi kemudian menggunakan rumus efek Doppler untuk mempersempit area pencarian. Rumus untuk mengukur panjang gelombang dari sumber yang bergerak secara relatif terhadap pengamat ini ditemukan oleh ahli fisika asal Austria Christian Doppler.
“Kami temukan bahwa jalur ke utara yang diperkirakan ternyata tidak sesuai dengan data 'ping' yang diterima. Sebaliknya, jalur ke selatan korelasinya absolut,” katanya bercerita.
Pada 23 Maret, di kantor pusat Inmarsat yang berdinding kaca di London, mereka akhirnya menyimpulkan bahwa MH370 telah melenceng ke selatan dan kemungkinan jatuh di Samudera Hindia, dekat Perth. “Dengan agak gugup, temuan itu kemudian dilaporkan kepada kantor investigasi kecelakaan pesawat terbang Inggris,” kata McLaughlin. Analisis inilah yang kemudian disampaikan kepada pemerintah Malaysia.