Umat Yahudi Ultra-Ortodoks menggotong jenazah Rabi Ovadia Yosef dalam prosesi pemakaman di Yerusalem, Israel, Senin (7/10). Rabi Yosef menjadikan imigran Afrika Utara dan Arab dalam kelompok tertindas menjadi kekuatan penting dalam politik Israel. AP/Sebastian Scheiner
TEMPO.CO, Tel Aviv - Lebih dari 30 ribu pencari suaka asal Afrika turun ke jalan-jalan di Tel Aviv, Ahad, 5 Januari 2014. Mereka berunjuk rasa menuntut agar pemerintah Israel memberikan status pengungsi.
Juru bicara kepolisian, Mickey Rosenfeld, mengatakan kepada Al Jazeera, Ahad, 5 Januari 2014, hampir seluruh pengunjuk rasa berasal dari Afrika yang ingin tinggal di Israel. "Ribuan orang berkumpul di Tel Aviv tengah, hampir seluruhnya dari Afrika yang ingin tinggal di sini," kata Rosenfeld.
Di lapangan, para demonstran meneriakkan yel-yel, "Kami semua pengungsi" dan "Yes untuk kemerdekaan, No untuk penjara!"
Salah seorang pencari suaka, Dawud, mengatakan kepada kantor berita AFP di lokasi unjuk rasa seperti dilansir Al Jazeera, Ahad, 5 Januari 2014, "Kami menghindar dari penyiksaan, kediktatoran, perang saudara, dan pembunuhan massal."
Dia menambahkan, "Pemerintah Israel harus mempertimbangkan permohonan kami untuk memberikan suaka dan memperlakukan kami sebagai manusia."
Sekitar 60 ribu pencari suaka berada di Israel, mayoritas berasal dari Eritrea dan Sudan. Di bawah undang-undang yang diloloskan oleh parlemen pada 10 Desember 2013, pihak berwenang dapat menahan pendatang yang masuk ke negara secara tidak sah selama setahun tanpa proses peradilan. Israel juga telah mendirikan fasilitas penjara di Gurun Negev yang diperuntukkan bagi pencari suaka.
"Sejak negeri ini berdiri pada 1948, Israel telah mempertimbangkan kurang dari 200 orang sebagai pengungsi," demikian pernyataan kelompok hak asasi manusia.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.