TEMPO.CO, Lhasa--Pemerintah Tibet terus mencari 83 pekerja yang tertimbun akibat tanah longsor yang terjadi di tambang emas, di pegunungan Tibet, Cina, pada Jumat (29/3) lalu. Hingga Minggu sore, baru lima mayat korban yang ditemukan dari longsor sedalam 30 meter itu.
Pihak berwenang Tibet mengatakan sangat tipis peluang menemukan korban selamat. Karena para pekerja terkubur saat lumpur, batu, dan puing-puing menyapu tambang di Desa Gyama, Kabupaten Maizhokunggar itu. Longsor ini menutupi area yang berukuran sekitar 4 kilometer persegi, yang berada sekitar 70 kilometer di bagian timur ibu kota Provinsi Lhasa.
Menurut Kantor Berita Cina, Xinhua, pencarian terus dilakukan kepada 78 pekerja lainnya setelah menemukan lima mayat korban. Meskipun Wakil Sekretaris Partai Komunis untuk Tibet, W Yingjie, mengatakan jika peluang menemukan korban dalam keadaan hidup kemungkinannya sangat kecil.
Para penambang yang menjadi korban longsor itu bekerja untuk Huatailong Mining Development, anak perusahaan dari China National Gold Group Corp, sebuah perusahaan milik negara dan produsen emas terbesar di negara itu. Pemerintah Beijing mengatakan penyebab bencana belum sepenuhnya diselidiki, meskipun media pemerintah mengatakan tanah longsor itu disebabkan oleh "bencana alam", tanpa memberikan penjelasan secara spesifik.
Akibat peristiwa ini, kegiatan pertambangan yang luas di wilayah pegunungan Tibet Cina menjadi sorotan dan memicu pertanyaan tentang apakah kegiatan pertambangan telah dilakukan secara berlebihan dan menghancurkan ekosistem yang rapuh di kawasan tersebut.