Tim penyelamat membawa seorang korban ke atas helikopter dari kapal pesiar Costa Concordia yang terdampar di lepas pantai barat pulau Giglio, Italia (15/1). Tim bersusah payah memeriksa ribuan kamar di kapal, hampir 40 orang masih hilang, lebih dari sehari setelah kapal kandas dan terguling dengan lebih dari 4.000 penumpang dan menewaskan sedikitnya tiga orang serta melukai 70. REUTERS/Remo Casilli
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang lelaki dewasa kembali ditemukan di sekitar bangkai kapal pesiar Costa Concordia pada Senin, 16 Januari 2012 dini hari tadi. Stasiun televisi Italia melaporkan jenazah pria tersebut ditemukan mengambang lengkap dengan jaket darurat bersama sepasang lansia.
Sampai hari ketiga, tim penyelamat masih mencari korban kandasnya kapal pesiar Costa Concordia di perairan lepas Tuscany. Tim telah menyelamatkan sepasang penumpang asal Korea selatan, seorang awak kapal, dan enam jenazah.
Secara keseluruhan tim masih mencari 14 korban lain. Mereka terdiri dari sembilan penumpang dan lima awak kapal. "Kami akan terus melakukan pencarian selama 24 jam dalam sehari," kata pejabat pemadam kebakaran setempat, Paolo Tronca.
Bencana kapal tenggelam terjadi saat lambung kapal menabrak karang pada Jumat, 13 Januari 2012 malam. Namun, saat kejadian, awak kapal tidak langsung memberi peringatan kepada penumpang. Walhasil, evakuasi terlambat hingga menimbulkan kepanikan di antara penumpang.
Atas kejadian itu, kapten kapal Francesco Schettino dituduh telah melakukan pengabaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan lari meninggalkan kapal sebelum seluruh penumpang dan awak kapal menyelamatkan diri. Tudingan itu diperkuat dengan pernyataan Costa Crociere, induk perusahaan Costa Concordia, jika Schettino telah melakukan kesalahan fatal.
"Dia membawa kapal terlalu dekat dengan pantai sehingga menabrak karang," terang Costa Crociere.
Untuk memastikan dugaan tersebut, penyidik mencoba mengetahui kronologi kejadian melalui kotak hitam atau black box dari rekaman navigasi. Menteri Pertahanan Italia Giampaolo Di Paola menyatakan kecelakaan tersebut murni kesalahan manusia, bukan teknis ataupun cuaca.
"Dalam perkiraan saya, tragedi ini disebabkan kesalahan manusia yang sangat serius sehingga menimbulkan konsekuensi yang tragis," ujar Di Paola.