TEMPO Interaktif, - Presiden Israel Shimon Peres secara resmi memulai proses pertukaran tahanan dengan Otoritas Nasional Palestina. "Presiden sudah menerima daftar nama tahanan yang akan dilepas," ujar juru bicara Presiden Israel, Ayelet Frish, kepada CNN. Menurut dia, tahanan Palestina akan dilepas pada Rabu pekan ini.
Bahkan nama-nama tahanan Palestina yang akan ditukar dengan Gilad Shalit, tentara Israel yang ditawan kelompok Palestina lima tahun silam, telah diedarkan. Israel kemarin mengeluarkan daftar resmi 477 tahanan Palestina yang akan dibebaskan sesuai dengan kesepakatan tahap pertama.
Dari sejumlah tahanan yang akan dibebaskan oleh Israel itu, terdapat beberapa nama tokoh yang mendalangi aksi peledakan bom di beberapa wilayah Israel. Mereka di antaranya Nasser Iteima, yang dituding bertanggung jawab atas aksi peledakan bom di Hotel Netanya pada 2002.
Lalu terdapat nama Walid Anjes, yang dituduh terlibat dalam aksi peledakan bom di Kafe Moment di Yerusalem, yang menewaskan 11 orang. Israel juga berencana membebaskan Yehia Sanwar, salah satu tokoh pendiri Hamas, yang telah divonis penjara seumur hidup.
"Seluruh tahanan perempuan Palestina akan dibebaskan," ujar juru bicara Kementerian Tahanan Palestina, Hassan Abed Rabo. "Pada tahap berikutnya, 550 tahanan Palestina lainnya akan dibebaskan Israel." Mesir akan menjadi perantara pertukaran tawanan itu.
Sejumlah pemimpin faksi Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, telah bertemu dengan beberapa pejabat intelijen Mesir pada Sabtu lalu untuk membahas perincian rencana tukar guling tahanan. Rencana awalnya, Palestina menyerahkan Shalit ke Mesir pada Selasa pekan ini.
"Prosesnya akan memakan waktu 48 jam," kata Ayelet Frish. Mohammed al-Barem, dari Komite Perlawanan Popular Palestina, mengatakan pihaknya akan memeriksa lebih dulu identitas tawanan Palestina yang dibebaskan tersebut. "Begitu mereka masuk Sinai, proses pertukaran dilakukan," ucap Al-Barem.
Dia mengungkapkan warga Palestina akan menggelar pesta bila seluruh tahanan itu sudah kembali ke Gaza. Lain halnya dengan Israel. Selain orang tua Gilad Shalit, kebanyakan warga Yahudi mengecam aksi pembebasan besar-besaran tersebut. Mereka mencemaskan pembebasan sejumlah pelaku peledakan bom di Israel.
"Kami tentu ingin sekali Gilad Shalit pulang, tapi ongkosnya amat mahal," tutur Arnold Roth, yang putrinya tewas akibat bom bunuh diri di Yerusalem pada 2001. "Kami akan membebaskan orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk membunuhi orang-orang Yahudi."
Hal hampir senada diungkapkan juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev. Katanya pembebasan tawanan Palestina itu membawa risiko keamanan. "Tapi Israel mempunyai kewajiban nasional untuk memulangkan tentaranya yang ditangkap lawan," ujarnya.
Adapun Hamas kini berhati-hati dengan terus menutup rapat-rapat informasi keberadaan Gilad Shalit. Mereka mengaku khawatir, bila lokasi penahanan tentara Israel itu terungkap, upaya pemulangan 1.027 tahanan Palestina akan gagal. Tapi, “Kami sudah menyiapkan skenario cadangan,” ujar Al-Barem.
AP | GUARDIAN | HAARETZ | ANDREE PRIYANTO